Sahabat MQ Nabi Muhammad SAW adalah panutan bagi seluruh generasi. Saat ini, perhatian kita terfokus pada generasi muda, terutama Gen Z, yang mungkin kurang mengenal sosok dan perjalanan hidup beliau, termasuk masa mudanya. Hal ini membuat mereka sulit untuk meneladani ajaran beliau dengan baik. 

Oleh karena itu, dalam peringatan Maulid, sangat penting untuk membacakan shalawat serta kisah-kisah yang menggambarkan jejak langkah Nabi Muhammad SAW. Selain itu, kita juga perlu menyampaikan cerita-cerita tersebut dalam bentuk yang lebih menarik dan relevan bagi anak muda. Dengan cara ini, kita dapat menarik perhatian mereka dan membantu mereka memahami nilai-nilai yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, sehingga mereka dapat meneladani beliau dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu hadits yang relevan dengan tema ini adalah:

اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَصِحتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara, (1) waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, (2) waktu sehatmu sebelum waktu sakitmu, (3) masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, (4) masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, (5) dan hidupmu sebelum datang matimu.” (HR Al Hakim dalam Al Mustadrak-nya)

Hadits ini menekankan betapa pentingnya memanfaatkan masa muda dengan sebaik-baiknya. Nabi Muhammad SAW menyadari bahwa masa muda adalah waktu yang penuh potensi dan kesempatan. Jika kita menelusuri sejarah hidup beliau, kita akan menemukan bahwa beliau berusaha mandiri sejak usia 8 tahun. Sejak dini, beliau tidak dimanjakan, melainkan menerima berbagai tantangan yang menguatkan karakternya, semua ini merupakan bagian dari rencana Allah SWT.

Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad SAW bersabda:

أدبني ربي، فأحسن تأديبي

“Tuhanku telah mendidikku, , sehingga menjadikan baik pendidikanku”

Hadits diatas mengandung makna yang dalam mengenai pendidikan dan pembentukan karakter.

  1. Pendidikan Ilahi: Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa pendidikan yang diterimanya berasal dari Allah. Ini menunjukkan betapa pentingnya bimbingan Ilahi dalam membentuk kepribadian seseorang.
  2. Karakter yang Baik: Pernyataan “sehingga menjadikan baik pendidikanku” menegaskan bahwa pendidikan yang benar dan efektif akan menghasilkan karakter yang baik. Nabi Muhammad SAW adalah contoh ideal dari akhlak yang mulia, dan ini merupakan hasil dari pendidikan yang Allah berikan.
  3. Contoh untuk Umat: Hadits ini mengajak umat Islam untuk meneladani metode pendidikan yang dicontohkan oleh Nabi. Pendidikan yang baik harus mencakup aspek moral dan spiritual, tidak hanya sekadar pengetahuan.
  4. Pentingnya Proses: Menggunakan kata “أدبني” (mendidikku) menunjukkan bahwa pendidikan adalah proses berkelanjutan (Proses pendidikan dalam pembentukan karakter) . Ini mengingatkan kita bahwa pendidikan tidak hanya berlangsung di dalam kelas, tetapi juga melalui pengalaman hidup sehari-hari.

Secara keseluruhan, hadits ini menekankan pentingnya pendidikan yang berorientasi pada pengembangan karakter dan akhlak, serta menunjukkan bahwa bimbingan Ilahi adalah landasan utama dalam menciptakan individu yang baik dan bermanfaat.

Perilaku remaja seringkali dipengaruhi oleh lingkungan pertemanan. Oleh karena itu, peran keluarga dalam menjaga ikatan yang kuat sangatlah penting. Keluarga dapat menjadi pilar untuk mencegah anak-anak terpengaruh oleh hal-hal negatif. Dengan membangun hubungan yang erat, anak-anak akan merasa lebih nyaman untuk berdiskusi tentang berbagai isu, serta lebih mampu menghadapi tantangan di luar rumah.

Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah menyatakan bahwa bekerja untuk memenuhi kebutuhan diri dan membantu orang lain lebih mulia dibandingkan melakukan i’tikaf selama sebulan di masjid. Ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW mengajarkan nilai kemandirian dan pentingnya berkontribusi kepada masyarakat.

Nabi menekankan bahwa rezeki yang diperoleh dari usaha dan keringat sendiri memiliki nilai yang lebih tinggi daripada menerima pemberian dari orang lain. Ini mengajak kita untuk lebih menghargai kerja keras dan menciptakan kemandirian.

Untuk mengimplementasikan nilai-nilai ini, ada beberapa model pendidikan yang bisa dicontohkan oleh orang tua:

  1. Memberikan Tanggung Jawab Sejak Dini: Anak-anak perlu diajarkan untuk mengambil tanggung jawab dalam lingkungan rumah. Ini bisa berupa tugas-tugas kecil, seperti merapikan kamar atau membantu menyiapkan makanan.  Ini mirip dengan cara Rasulullah SAW yang mengedepankan kemandirian dalam menghadapi berbagai ujian.
  2. Pengelolaan Bersama: Dorong anak untuk terlibat dalam pengelolaan rumah secara bersama-sama. Misalnya, anak bisa diajak berdiskusi tentang anggaran rumah tangga atau merencanakan kegiatan keluarga. Ini membantu mereka memahami nilai kerja sama dan tanggung jawab.
  3. Sistem Reward: Penerapan sistem imbalan, seperti memberikan uang saku atau penghargaan lainnya, dapat memotivasi anak untuk lebih aktif berpartisipasi. 

Dengan menanamkan nilai-nilai ini, diharapkan anak-anak dapat tumbuh menjadi individu yang mandiri, bertanggung jawab, dan memiliki rasa empati terhadap orang lain. 

Penting bagi generasi muda, terutama Gen Z, untuk mengenal dan meneladani Nabi Muhammad SAW sebagai panutan dalam akhlak dan kehidupan sehari-hari. Dengan memanfaatkan pendidikan yang baik dan memahami nilai-nilai yang beliau ajarkan, kita dapat membantu mereka memanfaatkan masa muda dengan bijak.

Dengan harapan dan bimbingan yang tepat, kita dapat membentuk generasi penerus yang tidak hanya memahami ajaran agama, tetapi juga mampu berkontribusi positif dalam masyarakat.

Narasumber: Dr. KH. Muhtadi Abd Mun’im, MA. – Doktor di Bidang Studi Agam, Aqidah, & Filsafat Islam dan Rektor Universitas Al-Amien Prenduan (UNIA)
Program: Inspirasi Pagi – Dialog Umat