MQFMNETWORK.COM, Bandung – Deflasi merupakan isu penting yang perlu diperhatikan oleh masyarakat dan pemerintah Indonesia saat ini. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2024 sebesar -0,12%. Angka ini menunjukkan bahwa Indonesia telah mengalami tren deflasi selama lima bulan berturut-turut sejak Mei 2024. Pelaksana tugas Kepala BPS, Amalia Adininggar, menjelaskan bahwa Indonesia pernah mengalami fase deflasi serupa pada tahun 1999, setelah krisis finansial Asia, yang berlangsung selama tujuh bulan, dari Maret hingga September. Selain itu, deflasi juga tercatat antara Januari 2008 hingga 2009, yang dipicu oleh turunnya harga minyak dunia.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2024 sebesar -0,12%. Angka ini menunjukkan bahwa Indonesia telah mengalami tren deflasi selama lima bulan berturut-turut sejak Mei 2024. Pelaksana tugas Kepala BPS, Amalia Adininggar, menjelaskan bahwa Indonesia pernah mengalami fase deflasi serupa pada tahun 1999, setelah krisis finansial Asia, yang berlangsung selama tujuh bulan, dari Maret hingga September. Selain itu, deflasi juga tercatat antara Januari 2008 hingga 2009, yang dipicu oleh turunnya harga minyak dunia.

Deflasi dalam istilah ekonomi adalah kondisi di mana terjadi penurunan harga barang dan jasa secara terus-menerus dalam jangka waktu tertentu. Sekilas, deflasi tampaknya menguntungkan konsumen karena barang dan jasa menjadi lebih terjangkau. Namun, deflasi yang berlanjut justru bisa menjadi indikator yang mengkhawatirkan, karena menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat semakin berkurang. Ini berarti bahwa uang yang beredar di masyarakat semakin langka. Dengan kata lain, semakin sedikit masyarakat yang memiliki uang untuk dibelanjakan.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal, menegaskan bahwa fenomena deflasi yang terjadi selama lima bulan berturut-turut ini mencerminkan lemahnya daya beli masyarakat. Hal ini terlihat dari penurunan penjualan barang non-primer, seperti pakaian, alas kaki, dan peralatan komunikasi, yang terus menurun sejak 2023. Menurut Faisal, penurunan ini juga tercermin dari tingkat pendapatan dan tabungan masyarakat yang semakin menurun. Pada Februari 2024, pertumbuhan upah riil per kapita hanya mencapai 0,7% angka yang sangat tidak biasa jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di angka 5%.

Teorinya, ketika harga barang turun, konsumen seharusnya merasa senang dan berbondong-bondong untuk membeli. Namun, dalam situasi saat ini, penurunan harga tidak diikuti dengan peningkatan permintaan yang signifikan. Indeks keyakinan konsumen, khususnya di kalangan masyarakat berusia 20 hingga 40 tahun, menunjukkan kecenderungan menurun, meskipun belum mencapai level negatif. Kondisi ini menunjukkan perlunya kewaspadaan, karena mencerminkan bahwa banyak masyarakat mengalami kesulitan finansial dan kekurangan uang untuk dibelanjakan.

Faktor-Faktor yang Mendorong Munculnya Deflasi

  1. Penurunan Harga

Penurunan harga seringkali berasal dari komoditas yang bersifat volatile, seperti makanan. Harga barang-barang ini dipengaruhi oleh faktor musiman dan kondisi pertanian, sehingga mengalami fluktuasi yang signifikan.

  1. Daya Beli yang Menurun

Ketika daya beli masyarakat menurun, permintaan terhadap barang dan jasa juga akan berkurang. Hal ini dapat menyebabkan penjual menurunkan harga untuk menarik konsumen.

  1. Tingginya Persediaan

Kelebihan persediaan barang di pasar, terutama pada komoditas tertentu, dapat menyebabkan penurunan harga. Ini sering terjadi ketika produksi melebihi permintaan.

  1. Krisis Ekonomi

Situasi ekonomi yang tidak stabil, seperti resesi, dapat mengakibatkan deflasi. Masyarakat cenderung menahan pengeluaran dan berhemat, yang berujung pada penurunan permintaan.

  1. Pengaruh Global

Perubahan harga komoditas global, seperti minyak atau bahan makanan, dapat mempengaruhi harga di dalam negeri. Penurunan harga global dapat menekan harga lokal.

Langkah yang Dapat Dilakukan oleh Pemerintah

  1. Hindari Pernyataan Mengenai Kenaikan Harga

Pemerintah sebaiknya menghindari pernyataan yang berkaitan dengan potensi kenaikan harga barang yang bisa dikendalikan, seperti BBM dan tarif angkutan. Pernyataan semacam ini dapat mengubah ekspektasi konsumen, yang berujung pada penghematan berlebihan. Jika masyarakat secara keseluruhan mulai berhemat, kondisi ini dapat memperburuk deflasi.

  1. Ciptakan Lapangan Pekerjaan

Pemerintah perlu fokus pada penciptaan lapangan pekerjaan. Mengingat deflasi saat ini berkaitan erat dengan meningkatnya pemutusan hubungan kerja (PHK), langkah ini sangat penting untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan daya beli.

  1. Stabilitas Kebijakan Ekonomi

Memastikan kebijakan ekonomi yang stabil dan transparan dapat membantu membangun kepercayaan masyarakat. Kepercayaan ini penting agar konsumen merasa lebih yakin untuk berbelanja.

  1. Dukungan untuk Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Memperkuat dukungan terhadap UKM dapat meningkatkan aktivitas ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru. Pemerintah bisa memberikan akses pembiayaan yang lebih baik dan pelatihan untuk meningkatkan daya saing.

Deflasi adalah fenomena yang kompleks dengan dampak signifikan terhadap ekonomi dan kehidupan masyarakat. Pemahaman yang lebih baik tentang penyebab dan efek deflasi, serta langkah-langkah yang dapat diambil oleh pemerintah, sangat penting untuk mengatasi tantangan ini. Dengan tindakan yang tepat, diharapkan daya beli masyarakat dapat pulih dan pertumbuhan ekonomi kembali stabil.

Narasumber: Eko Listiyanto, Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF)
Program: Sudut Pandang