Sahabat MQ, Allah azza wa jalla mewajibkan seluruh hamba-Nya untuk beribadah kepada-Nya. Kemudian Dia akan memberikan balasan yang lebih baik dari apa yang telah mereka amalkan.

Namun, ibadah akan diterima oleh Allah azza wa jalla jika memenuhi syarat-syarat diterimanya amal. Tidak semua amal ibadah kita diterima oleh Allah karena terdapat syarat yang mungkin tidak penuhi dalam ibadah tersebut.

Para ulama sepakat amalan ibadah diterima jika ikhlas dan mengikuti sunnah Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasalam.

  • Beriman Menjadi Syarat Diterimanya Amal

Iman juga merupakan syarat diterimanya sebuah amal. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (Qs. An-Nahl : 97)

Oleh karena itu, amalan orang yang tidak beriman akan tertolak. Allah azza wa jalla berfirman:

“Orang-orang yang kafir kepada rabbnya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.” (Qs. Ibrahim : 18)

  • Beramal dengan Ikhlas

Ikhlas yaitu mengerjakan amal ibadah semata-mata karena Allah ta’ala, bukan karena yang lain dan bukan juga karena Allah ta’ala dan pada saat yang bersamaan karena yang lain juga.

Ketika kita mengerjakan sesuatu, kita pun harus ikhlas. Tanpa ikhlas, amalan kita tidak dihitung menjadi sebuah kebaikan.

Ikhlas secara bahasa artinya memurnikan.

Sedangkan ikhlas dalam syariat adalah memurnikan niat dalam beribadah kepada Allah. Semata-mata mencari rida Allah, menginginkan wajah Allah, mengharapkan pahala atau keuntungan di akhirat, serta membersihkan niat dari syirik, seperti; riya’, sum’ah, mencari pujian, balasan, dan ucapan terima kasih dari manusia, atau niat duniawi lainnya.

Allah azza wa jalla berfirman:

“Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus.” (Qs. Al-Bayinah : 5)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda mengenai hal ini:

sesungguhnya Allah tidak akan menerima dari semua jenis amalan, kecuali yang murni untuk–Nya dan untuk mencari wajah–Nya.”

Sahabat MQ, sehingga ketika kita melakukan ibadah dengan meniatkannya untuk selain Allah, seperti; menginginkan pujian manusia, atau keuntungan duniawi, atau melakukannya karena ikut-ikutan orang lain, tanpa meniatkan amalannya untuk Allah, atau barangsiapa melakukan ibadah dengan niat mendekatkan diri kepada makhluk atau karena takut penguasa atau semacamnya, maka ibadahnya tidak akan diterima dan tidak akan berpahala.

Demikian juga jika seseorang meniatkan ibadah kepada Allah azza wa jalla, tetapi niatnya dicampuri riya’, maka amalannya gugur.

  • Sesuai Tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Sahabat MQ, agar amalan kita diterima oleh Allah, kita juga harus memperhatikan, apakah amalan kita sudah sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam?

Orang yang telah bersyahadat bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah, maka syahadat tersebut memuat kandungan: meyakini Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, mentaati perintah beliau, menjauhi larangan beliau, dan beribadah kepada Allah hanya dengan syari’at beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Allah subhanahu wa ta’ala menjelaskan dalam surat Al-Hasyr ayat 7 mengenai wajibnya kita mengikuti Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasalam:

“Apa yang diberikan rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dia larang kepadamu, maka tinggalkanlah.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

“Barangsiapa membuat perkara baru di dalam urusan kami (agama) ini, apa-apa yang bukan padanya, maka itu tertolak.”

Hadits ini mengharamkan perbuatan membuat ibadah yang tidak diperintahkan dan tidak dituntunkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengharamkan perbuatan membuat sifat ibadah walaupun asal ibadah itu disyari’atkan, karena itu menyelisihi tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sahabat MQ, maka agar amalan kita diterima oleh Allah, ibadah kita harus ikhlas dan sesuai dengan apa yang telah diajarkan Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasalam.

Karena, begitu meruginya kita kala beribadah, namun amalan kita tidak diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Sebab, apa lagi bekal kita untuk di akhirat nanti selain amalan-amalan kita?

 

(Konten ini disiarkan dalam segmen Mozaik Islam – setiap Sabtu dan Ahad pukul 17.00 WIB)