
Sahabat MQ, Insyaf, atau tersadarnya seseorang, merupakan anugerah yang luar biasa dari Allah SWT. Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, insyaf adalah salah satu tahapan pertama yang harus dilalui oleh seorang hamba dalam perjalanan spiritualnya menuju Allah. Kesadaran ini datang sebagai karunia Allah yang bisa diperoleh melalui dua cara: pembuktian atau musibah.
Pembuktian Allah dengan Ayat-Ayat Kauniah
Allah sering memberikan hidayah-Nya melalui bukti nyata yang dapat disaksikan oleh manusia. Ini disebut sebagai pembuktian kauniyah, yakni dengan melihat kejadian-kejadian di alam semesta yang mengingatkan kita akan kebesaran-Nya. Salah satu contoh pembuktian ini adalah kisah para penyihir Fir’aun. Ketika Nabi Musa a.s. melemparkan tongkatnya yang berubah menjadi ular besar yang memakan tongkat-tongkat kecil mereka, para penyihir itu terkesima dan sadar akan kebenaran yang dibawa oleh Nabi Musa. Mereka kemudian beriman kepada Allah SWT setelah melihat tanda-tanda kekuasaan-Nya.
Kesadaran dari Pengalaman Hidup
Selain melalui peristiwa besar seperti itu, Allah juga bisa memberikan hidayah kepada seseorang melalui kejadian-kejadian sehari-hari yang sederhana namun penuh makna. Misalnya, seseorang bisa tersadarkan saat melihat jenazah, memandikan jenazah, atau menguburkan jenazah. Semua itu mengingatkan kita bahwa hidup ini fana dan pada akhirnya kita semua akan meninggal. Di saat-saat seperti inilah, banyak orang yang akhirnya tersadar dan berlari menuju Allah, mengingat bahwa setiap yang hidup pasti akan mati dan hanya amal yang dapat menyelamatkan.
Ilmu Sebagai Kunci Kesadaran
Banyak orang yang bisa tersadarkan berkat ilmu pengetahuan, terutama ilmu agama. Seperti halnya Umar bin Khattab yang mengalami perubahan besar dalam hidupnya setelah mendengar ayat Al-Qur’an surat Thaha yang dibacakan oleh adiknya. Ketika beliau mendengar ayat tersebut, hatinya terbuka dan ia segera beriman kepada Allah. Dalam hal ini, ilmu menjadi sarana yang mempercepat proses insyaf seseorang, karena ilmu mampu menggugah hati dan membuka mata batin kita terhadap kebenaran.
Namun, jika seseorang tidak tersadarkan melalui hidayah yang datang melalui ilmu atau pengajaran, Allah bisa menurunkan musibah sebagai cara untuk membangunkan hati yang terlena. Dalam kondisi kesulitan atau bencana, sering kali seseorang merasa lebih dekat dengan Allah dan segera berlari menuju-Nya, mencari pertolongan dan berusaha memperbaiki diri.
Tiga Langkah Menuju Insyaf
Mencapai titik insyaf, atau kesadaran diri, memang bukan hal yang mudah. Namun, ada tiga langkah yang bisa diupayakan untuk mencapai kesadaran dan memulai perubahan menuju kehidupan yang lebih baik:
- Merenungkan Nikmat-Nikmat Allah
Langkah pertama untuk mencapai insyaf adalah dengan merenungkan nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada kita. Banyak orang yang tidak menyadari betapa berharganya nikmat yang ada, seperti panca indra yang masih berfungsi dengan baik. Cobalah untuk membayangkan apa yang akan terjadi jika nikmat-nikmat tersebut hilang. Dengan bersyukur atas segala pemberian Allah, kita bisa lebih menghargai kehidupan dan mendekatkan diri kepada-Nya. - Mengingat dan Mengenang Kesalahan Diri
Langkah kedua adalah dengan mengingat dan mengenang segala kesalahan yang telah kita lakukan. Kesadaran datang ketika kita bisa merenungkan dosa-dosa kita dan bertekad untuk tidak mengulanginya. Imam Al-Ghazali mengajarkan bahwa ilmu yang benar bisa mengguncang hati dan mendorong seseorang untuk bertaubat. Proses tobat ini hanya bisa dilakukan dengan penuh kesungguhan dan tekad untuk memperbaiki diri, serta menutup kesalahan dengan amal baik yang lebih banyak. - Menyadari Waktu yang Terbatas untuk Berubah
Langkah ketiga adalah dengan menyadari bahwa waktu kita di dunia ini sangat terbatas. Setiap detik yang berlalu adalah kesempatan yang hilang. Oleh karena itu, kita harus segera bertobat dan berusaha memperbaiki diri tanpa menunda-nunda. Kesadaran ini sangat penting agar kita tidak terjebak dalam kelalaian dan terus menunda-nunda untuk bertaubat. Waktu yang tersisa sangat berharga untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan kita tidak tahu kapan kehidupan ini akan berakhir.
Perjalanan Menuju Allah: Membuka Mata Hati
Setelah insyaf, mata hati kita terbuka dan kita mulai merasakan kedekatan Allah SWT. Namun, perjalanan menuju Allah tidak selesai begitu saja. Insyaf adalah titik awal, tetapi implementasi nyata dari kesadaran ini adalah dalam tindakan kita sehari-hari. Setelah menyadari bahwa hanya Allah yang memiliki kekuasaan atas hidup kita, kita harus segera berusaha untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya, memperbaiki amal, dan menjauhi segala bentuk kemaksiatan. Inilah bentuk syukur kita atas hidayah yang Allah berikan.
Insyaf adalah karunia Allah yang luar biasa. Kesadaran bahwa kita adalah hamba yang lemah dan bahwa hanya kepada Allah kita bergantung, membawa kita pada perubahan yang lebih baik. Melalui merenungkan nikmat, mengingat kesalahan diri, dan menyadari keterbatasan waktu, kita dapat mencapai titik insyaf yang akan membawa kita semakin dekat kepada Allah. Proses ini adalah langkah awal untuk hidup yang lebih bermakna, penuh dengan kesadaran dan kesyukuran, dan tentunya lebih dekat dengan Sang Pencipta.
Narasumber: Ibu Khairati
Program: Inspirasi Keluarga – Langkah Kecil Untuk Bahagia