Sahabat MQ Orang yang merasa cukup, tidak sama dengan malas bekerja, ia tetap bekerja, berusaha namun ia berhati-hati dalam mencari harta,  berusaha mendapatkan yang halal dan mampu membelanjakannya sesuai dengan ketentuan Allah.

Indikasi orang yang bertaubat adalah orang yang senantiasa merasa cukup

Kemudian orang-orang yang bertaubat, kembali ke jalan Allah indikasinya adalah ia yang senantiasa merasa cukup dengan dunia dan merasa kurang untuk bekal pulang sehinga ia tidak akan berhenti untuk membekali dirinya, bersiap-siap meghadap Allah. sehingga dunia yang dia cari dijadikan cara untuk bekal pulang kepada Allah.

seseorang yang melihat dunia biasa saja, bahkan tanpa rasa, biasanya dirasakan oleh orang-orang yang bertaubat. Dunia tidak menyilaukannya, tidak melalaikan, tidak mempengaruhinya dan tidak membuatnya tergoda, ia berpikir bahwa dunia tidak akan dibawa, karena hanya ilmu dan amal yang kelak akan menyelamatkannya.

Orang yang kaya sesungguhnya adalah orang yang hatinya senantiasa merasa cukup

Sebagaimana dalam riwayat Ibnu Hibban, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi nasehat berharga kepada sahabat Abu Dzar. Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu berkata,

قَالَ لِي رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَا أَبَا ذَرّ أَتَرَى كَثْرَة الْمَال هُوَ الْغِنَى ؟ قُلْت : نَعَمْ . قَالَ : وَتَرَى قِلَّة الْمَال هُوَ الْفَقْر ؟ قُلْت : نَعَمْ يَا رَسُول اللَّه . قَالَ : إِنَّمَا الْغِنَى غِنَى الْقَلْب ، وَالْفَقْر فَقْر الْقَلْب

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padaku, “Wahai Abu Dzar, apakah engkau memandang bahwa banyaknya harta itulah yang disebut kaya (ghoni)?” “Betul,” jawab Abu Dzar. Beliau bertanya lagi, “Apakah engkau memandang bahwa sedikitnya harta itu berarti fakir?” “Betul,” Abu Dzar menjawab dengan jawaban serupa. Lantas beliau pun bersabda, “Sesungguhnya yang namanya kaya (ghoni) adalah kayanya hati (hati yang selalu merasa cukup). Sedangkan fakir adalah fakirnya hati (hati yang selalu merasa tidak puas).” (HR. Ibnu Hibban. Syaikh Syu’aib Al Arnauth berkata bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim)

Dalam hadist lain Rasulullah Saw. bersabda

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

Kaya bukanlah diukur dengan banyaknya kemewahan dunia. Namun kaya (ghina’) adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari no. 6446 dan Muslim no. 1051)

Kesibukan umat akhir zaman adalah dengan mencari kegelimpahan harta

Seringkali atau bahkan banyak orang pada zaman sekarang justru tersibukkan dirinya bahkan lupa terhadap diri dan keluarganya karena untuk mengejar karir dan kekayaan di dunia. Menjadi seorang yang kaya harta seolah-olah menjadi tujuan hidup di dunia. Bhakan lupa akan kewajibannya beribadah kepada tuhannya dan lupa bahwa ia hidup di dunia hanya sementara, dan tidak sempat mempersiapkan bekal menuju akhirat yang justru akhiratlah kehidupan yang kekal dan abadi.

Hal tersebut terjadi karena tidak adanya sifat qonaah didalam hatinya, yang akhirnya didalam hatinya ia tak pernah merasa cukup atas karunia yang Allah swt berikan kepada dirinya. Sehingga didalam fikirannya yang terlintas hanyalah kerja dan kerja karena dalam hatinya tujuannya hanyalah kegelimpahan harta yang mungkin belum tentu ia rasakan kenikmatannya.

Orang-orang yang Qonaah adalah orang merasa cukup  dan rela dengan apa yang telah diberikan Allah Swt. Maka dengan qonaah nya itu mereka akan menjadi seseorang yang kaya sejati, karena makna dari kayak yang sesungguhnya, ialah orang yang kayak hatinya, apapun yang Allah swt berikan kepadanya akan ia syukuri dan ia meras cukup atas pemberian yang Allah swt berikan kepadanya, karena Allah telah melapangkan dan mengkayakan hatinya.  Adapun orang yang qonaah adalah orang yang tidak tamak dengan apa yang dimiliki oleh manusia, tidak rakus mencari harta benda dengan menghalalkan segala cara.