Sahabat MQ, kita sering mendengar istilah kata ‘galau’ yang kerap kali melekat pada tren remaja. Apa itu galau? Galau adalah  perasaan kacau dalam hati, bingung harus memilih, atau ragu-ragu.

Tidak ada yang salah dengan galau, karena perasaan ini merupakan bagian dari karakter manusia ketika ia memiliki obsesi dan harapan yang kemudian hati dan pikirannya dipenuhi dengan rasa khawatir, kacau disertai bimbang harus seperti apa agar tujuannya itu teraih.

Perasaan galau bisa juga hadir ketika hasil yang didapat tidak sesuai dengan apa yang diharapakan, sehingga timbul rasa kecewa, tidak menerima dan bimbang di hati.

Ibnu Mas’ud pernah menceritakan penjelasan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang karakter manusia:

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah membuat bangun segi empat, lalu beliau membuat garis lurus di tengahnya yang menembus bangun segi empat itu, kemudian beliau membuat garis kecil-kecil menyamping diantara garis tengah itu, lalu beliau bersabda:

 “Ini manusia dan ini ajalnya mengelilinginya, dan garis yang menembus bangun ini adalah obsesinya. Sementara garis kecil-kecil ini adalah rintangan hidup. Jika dia berhasil mengatasi rintangan pertama, dia akan tersangkut rintangan kedua. Jika dia berhasil lolos rintangan kedua, maka dia tersangkut rintangan berikutnya.” (HR. Bukhari)

Kita selalu memikirkan obsesi yang belum pasti, namun kita sering melupakan sesuatu yang pasti, yaitu kematian. Karena itu memang jika kita mengalami galau, pikiran kacau, bingung dalam menentukan arah hidup, bukanlah sebuah kesalahan karena hampir semua manusia mengalaminya. Namun bagaimanakah cara yang tepat untuk mengatasi hati yang galau?

Sahabat MQ, meskipun galau adalah sebuah rasa yang manusiawi, namun kita juga tidak boleh terlena dengan rasa tersebut.

Sebagai seorang muslim kita memiliki sandaran hati yaitu Allah, tempat untuk mengadu dan berserah diri. Oleh karena itu, ketika kita dilanda rasa sedih, ragu dan bimbang, hendaknya kita senantiasa ingat kepada Allah dan menyerahkan segalanya hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Berdzikir kepada Allah juga anjuran yang Allah berikan kepada manusia untuk senantiasa mengingat-Nya. Karena pada esensinya galau muncul disebabkan oleh pikiran dan hati kita kosong dari adanya kehadiran Allah subhanahu wa ta’ala.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat) –ku.” (Qs. Al Baqarah : 152)

Sahabat MQ, bagi seorang muslim, ketika menghadapi musibah ia akan mengatakan innalillahi wa inna ilaihi rooji’un. Begitupun ketika ia merasa bahagia, ia akan mengucapkan hamdalah, alhamdulillah bini’matihi tatimush shalihaat.

Senantiasalah langgengkan dzikir untuk mengingat Allah. Mengalihkan pikiran dan hati kita dari obsesi sesaat dan mengisinya dengan ketenagan dan ketentraman di hari dan pikiran dengan nama Allah.

Sahabat MQ, janganlah berlaru-larut dalam kesedihan. Percayalah, ketika kita merasakan galau saat menghadapi sesuatu, ada Allah subhanahu wa ta’ala yang mengatur hidup kita dengan sebaik-baiknya. Tugas kita hanyalah berdoa dan berusaha.