Sahabat MQ, kita membutuhkan panutan dalam hidup. Namun, seringkali kita salah dalam menentukan idola. Semakin banyak muslim mengidolakan seorang yang sebenarnya tidak pantas untuk diidolakan, baik karena akidahnya yang menyimpang, pergaulannya yang bebas atau tingkah lakunya yang tidak baik.

Fenomena yang terjadi belakangan ini, generasi muda muslim mulai tercampuri pikirannya dengan tokoh-tokoh populer, seperti  artis yang kita sukai hanya karena fisiknya saja.

Tanpa disadari idola atau panutan kita juga dapat mempengaruhi pikiran kita. Misalnya saja, ketika beberapa waktu lalu ada seorang artis yang melakukan bunuh diri, ada para fansnya mengikuti bunuh diri.

Melihat dari sini, idola memiliki pengaruh yang kuat, hingga kadang kita merasa hidup kita tidak bermakna tanpa idola yang kita miliki.

Sahabat MQ, ternyata hal ini juga hasil ghazwul fikr (perang pemikiran). Di mana musuh-musuh Islam melancarkan metode ini, karena jika sekarang kita disodorkan sebuah patung besar, kemudian diminta untuk menyembah patung tersebut, maka yakinlah tidak akan ada yang mau mengikuti.

Oleh karena itu, yang mereka hadirkan adalah “patung hidup” atau Seseorang yang bisa kita puja.

Sayangnya, di antara kita tidak mengetahui apa alasan mereka menyukai seseorang. Tentunya bukan karena akhlaknya, karena kalau mereka sudah mencintai sesuatu berlebihan, maka yang buruk pun bisa terlihat bagus.

Allah ta’ala berfirman dalam surat Al Isra ayat 36:

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”

Idola dalam Pandangan Islam

Salah satu watak bawaan manusia sejak diciptakan Allah ta’ala adalah kecenderungan untuk selalu meniru dan mengikuti orang lain yang dikaguminya, baik dalam kebaikan maupun keburukan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Ruh-ruh manusia adalah kelompok yang selalu bersama, maka yang saling bersesuaian di antara mereka akan saling dekat, dan yang tidak bersesuaian akan saling berselisih

Karena itulah, metode pendidikan dengan menampilkan contoh figur untuk diteladani, termasuk salah satu metode pendidikan yang sangat efektif dan bermanfaat. Dalam banyak ayat Alquran, Allah ta’ala menceritakan kisah-kisah keteladanan para Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menjadi panutan bagi orang-orang yang beriman dalam meneguhkan keimanan mereka.

Sebagai seorang yang beriman kepada Allah, kita wajib memilih idola yang baik bagi keluarga kita, yang akan memberi manfaat bagi jiwa kita. Dalam hal ini, idola terbaik bagi seorang muslim adalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang diutus oleh Allah ta’ala untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Sebagaimana sabda Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.

Jika pun kita mengidolakan tokoh masa kini, maka pastikan orang tersebut baik agamanya dan akhlaknya, dengan tujuan agar kita bisa seperti mereka. Namun, jangan memuja mereka berlebihan, karena mereka pun seperti kita, manusia yang jauh dari kata sempurna.

Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: “Seseorang itu bersama dengan orang yang dicintainya.”

Tanyakanlah pada diri kita sendiri, ingin berada di mana kita kelak? Maka, bersamailah orang yang akan menghantarkan kita pada tujuan tersebut.