Kebahagiaan merupakan tema yang selalu dijadikan bahan pembicaraan banyak orang, bagaimana hakikatnya dan apa jalan-jalan yang harus dilalalui untuk menempuh kebahagiaan, itulah yang selalu menjadi pertanyaan di benak banyak orang. Boleh dikatakan ada lebih dari ribuan pandangan yang berbeda tentang tercapainya kebahagiaan. Adapun masalah kebahagiaan ini tiba-tiba semakin terasa dipertanyakan oleh manusia pada dunia modern saat ini. Karena sebagian besar orang menduga, munculnya dunia modern saat ini dengan berbagai fasilitas hidup yang memadai, teknologi yang terus berkembang dengan zamannya, manusia akan mampu mencapai kebahagiaan hidup yang sempurna. Tetapi dugaan tersebut ternyata jauh dari kebenaran, bahkan penyakit gangguan kejiwaan mampu menyerang jiwa manusia akibat implikasi dunia modern semakin banyak. Jika era modern yang serba ada saat ini belum tentu mampu mencapai kebahagiaan, lalu apa yang harus manusia optimalkan untuk meraih kebahagiaan tersebut ?
Sahabat MQ, bahagia merupakan hal yang penting. Orang-orang yang berbahagia cenderung akan melakukan hal-hal positif. Kehidupan yang baik merupakan kehidupan yang bahagia dan tenang, yaitu kondisi jiwa yang terdiri atas perasaan nyaman, tenang, tentram, damai, ridha terhadap diri sendiri, dan merasa syukur atas ketetapan Allah swt terhadap dirinya. Sehingga seseorang yang bersangkutan tidak akan merasakan ketakutan yang mencekam, gelisah karena banyak musibah, kesedihan yang melampaui batas karena dia menyadari bahwa pilihan Allah swt adalah pilihan yang terbaik dan dibalik segala sesuatu ada ganjaran yang telah Allah swt siapkan. Sebagaimana Allah telah menjanjikan balasannya bagi orang yang berbuat baik dalam QS. An-Nahl ayat 97:
مَنۡ عَمِلَ صَالِحًا مِّنۡ ذَکَرٍ اَوۡ اُنۡثٰی وَ ہُوَ مُؤۡمِنٌ فَلَنُحۡیِیَنَّہٗ حَیٰوۃً طَیِّبَۃً ۚ وَ لَنَجۡزِیَنَّہُمۡ اَجۡرَہُمۡ بِاَحۡسَنِ مَا کَانُوۡا یَعۡمَلُوۡنَ
Terjemah: “Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.“
Sahabat MQ, dari ayat di atas kita dapat menemukan jawaban atas apa yang membuat kita bahagia, yang membuat kita bahagia adalah iman kita. Manusia yang beriman akan selalu ada dalam genggaman dan janji Allah swt. Allah tidak akan pernah membiarkan hamba-Nya yang beriman selalu dalam rasa kesedihan. Setiap muslim harus mengandalkan iman dan amal saleh demi menjamin kebahagiaan hidupnya. Sejatinya manusia tidak menjadikan sesuatu selain dari keduanya sebagai sarana mencapai kebahagiaan sejati. Di dalam diri manusia terdapat kekuatan yang mendorongnya untuk menunaikan tugas dan tanggung jawab. Pada saat seseorang menerima dorongan hati nuraninya untuk menerima tugas-tugas, kekuatan batin akan mendukungnya. Maka setelah melakukan tugas, jiwanya akan dipenuhi oleh kebahagiaan dan ketenangan. Kekuatan ini muncul dari dasar fitrah manusia yang mengajak manusia berbuat kebaikan dan meninggalkan kejahatan.
Dalam buku Aboebakar Acheh, Sejarah Filsafat (1976:192) dikatakan bahwa Menurut al-Ghazali, kebahagiaan (sa’adah) itu merupakan suatu tingkatan keadaan yang muncul bersamaan dengan “keyakinan seseorang terhadap Allah di dalam usaha pemenuhan hati, yaitu pengetahuannya tentang Allah swt. melalui kepandaian dan pengalaman terhdapa hukum-hukum Allah di dalam ciptaan-Nya“. Al-Ghazali menyebutkan bahwa tujuan akhlak mulia adalah untuk kebahagiaan di akhirat. Di dalam kitabnya Mizan, al-Ghazali menyebutkan bahwa kebahagiaan hakiki yang sebenar-benarnya ialah kebahagiaan akhirat. Kebahagiaan selain itu adalah semu. Apalagi kebahagiaan dunia yang tidak membantu tujuan akhirat. Meskipun terkadang manusia membuat pembenaran akan sesuatu yang dapat menyampaikan manusia kepada kebaikan dan kebahagiaan, tetapi kebahagiaan akhiratlah yang benar dari segala tujuan. Kebahagiaan akhirat dicapai dengan modal keyakinan dan kepercayaan yang teguh terhadap kehidupan setelah mati. Keyakinan akan adanya Allah swt. yang menghidupkan dan mematikan. Keyakinan tersebut dilahirkan dalam bentuk ibadah dan ketaatan kepada Allah swt. Melakukan setiap perintah Allah swt sebagai bentuk ketertundukan kepada Allah swt., dari seorang hamba yang memiliki kelemahan dan ketidakberdayaan.
Iman adalah titik sentral kebahagiaan seorang mukmin. Iman merupakan wujud eksistensi mukmin sejati. Iman merupakan penuntun ke alam bawah sadar. Iman yang dimaksud di sini bukanlah sebatas mengakui keberadaan Allah swt., bukan juga sebatas ikrar untuk melaksanakan kewajiban kepada Allah swt. Iman yang dimaksud adalah perasaan seseorang yang selalu terfokus kepada Allah. Dirinya menjadi tentram dalam kebersamaan-Nya, mulut dan hatinya selalu mengingat Allah swt. dan rasa malu serta takutnya tertuju kepada-Nya.
Iman memiliki beberapa cabang, dan semua bentuk ketaatan adalah bagian dari cabang-cabang tersebut. Jika iman merupakan tanda kehidupan hati dan jiwa serta motif adanya kebahagiaan, maka melaksanakan kewajiban dan anjuran syariat merupakan motif terpenting bagi kelapangan dada, keridhaan jiwa, dan bagusnya hati. Iman yang kuat akan tergambarkan pada prilaku yang baik, mudah melakukan kebaikan dan jauh dari perbuatan jahat.
Sahabat MQ, orang yang beriman akan mendapatkan kebahagiaan. Bagaimanapun kebahagiaan memang sesuatu yang relatif dan nisbi. Bahkan, kebahagiaan merupakan rahasia Ilahi, dan manusia hanya mampu menerka-nerka dalam memandang kebahagiaan tersebut. Tidak ada satu pun garansi yang menjamin seseorang dapat mencapai kebahagiaan hakiki, kecuali orang tersebut mengetahui segala sesuatu secara pasti. Untuk itu, seseorang mesti selalu berusaha untuk berada di jalan Allah swt., dan mengharapkan keridhaan-Nya, itulah garansi yang akan mengantarkan seseorang ke pintu kebahagiaan.