MQFMNETWORK.COM, Bandung – Penjabat Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin, menyatakan bahwa pemerintah Jawa Barat terus memacu pengembangan transportasi umum, salah satunya melalui reaktivasi jalur kereta api dan elektrifikasi kereta. Program yang sedang berjalan meliputi jalur Padalarang – Cicalengka serta pembangunan LRT Bandung Raya. Reaktivasi jalur kereta api ini diharapkan dapat meningkatkan mobilitas masyarakat dan mendukung pengembangan wilayah.
Salah satu langkah yang diambil pemerintah Jawa Barat adalah meminta Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan untuk mengaktifkan kembali dua jalur penting: Banjar – Pangandaran dan Bandung – Ciwidey, yang telah lama tidak beroperasi. Gubernur Bey Machmudin menekankan pentingnya melakukan analisis pasar sebagai syarat utama yang harus dipenuhi untuk reaktivasi dua jalur tersebut. Kajian ini mencakup evaluasi terhadap permintaan penumpang, potensi pendapatan, serta kebutuhan infrastruktur yang ada.
Selain itu, upaya reaktivasi ini juga mendapat dukungan kuat dari masyarakat setempat, mengingat Banjar, Pangandaran, Bandung, dan Ciwidey merupakan wilayah pariwisata unggulan di Jawa Barat. Reaktivasi jalur kereta ini dipandang akan memberikan dampak positif dengan mendongkrak kunjungan wisatawan, sekaligus meningkatkan perekonomian warga sekitar. Selain itu, keberadaan transportasi kereta api diyakini dapat membantu mengurangi kemacetan di kota Bandung yang kian padat.
Jalur Banjar – Pangandaran memiliki panjang 82 kilometer, dimulai dari Stasiun Banjar dan berakhir di Stasiun Cijulang. Jalur ini melewati banyak jembatan dan terowongan, yang sebagian besar masih dalam kondisi cukup baik, meskipun memerlukan beberapa perbaikan di bagian bangunan atas dan lintasan air di sekitar pemukiman yang dulunya kawasan hutan. Sementara itu, jalur Bandung – Ciwidey memiliki panjang 40 kilometer. Dahulu jalur ini digunakan untuk mengangkut hasil bumi dari Bandung Selatan ke Stasiun Bandung dan Jakarta.
Untuk mempercepat realisasi reaktivasi jalur Banjar – Pangandaran, pemerintah Kabupaten Pangandaran telah melakukan pendekatan partisipatif dengan meluncurkan kuisioner kepada masyarakat. Kuisioner ini berisi berbagai pertanyaan terkait layanan kereta api yang diharapkan, seperti jenis kelas kereta, jadwal perjalanan, dan frekuensi kunjungan wisata ke daerah Pangandaran. Langkah ini bertujuan untuk mendapatkan data nyata dari masyarakat mengenai kebutuhan dan harapan mereka terhadap reaktivasi jalur tersebut.
Diketahui, jalur Banjar – Cijulang nonaktif sejak tahun 1982, dan tahun ini menjadi tonggak penting bagi reaktivasi jalur kereta tersebut. Pemerintah Provinsi Jawa Barat bersama PT KAI Daop II Bandung mendukung penuh pengaktifan kembali jalur ini.
Peluang dan Tantangan Jalur Reaktivasi
Reaktivasi jalur kereta api di Jawa Barat sudah dibahas sekitar 4-5 tahun yang lalu, dengan rencana yang mencakup jalur Ciwidey – Bandung, Banjar – Cijulang, Garut – Cibatu, dan Tanjung Sari – Bandung. Meskipun secara infrastruktur fisik, seperti fondasi jembatan dan terowongan masih cukup baik, tantangan terbesar yang dihadapi saat ini adalah pembebasan lahan. Beberapa wilayah di jalur Bandung – Ciwidey dan Tanjung Sari – Bandung sudah mengalami alih fungsi menjadi pemukiman atau telah bersertifikat atas nama masyarakat, yang membuat penggunaan kembali jalur lama menjadi sulit.
Selain itu, berdasarkan hasil kajian lima tahun lalu, meskipun infrastruktur seperti jembatan dan terowongan masih bisa digunakan dengan perbaikan minimal, masalah besar di jalur Banjar – Cijulang adalah kondisi rel yang banyak hilang di beberapa titik. Namun, di sisi lain, kondisi rel di jalur Pangandaran masih relatif lengkap dan hanya memerlukan peningkatan kualitas.
Reaktivasi jalur Banjar – Cijulang menawarkan potensi ekonomi yang besar, terutama dari sektor pariwisata. Wilayah Pangandaran merupakan salah satu destinasi wisata utama di Jawa Barat, dan saat ini banyak wisatawan yang harus menempuh perjalanan darat selama 6-7 jam untuk mencapai kawasan tersebut. Dengan adanya kereta api, waktu tempuh dapat dipangkas menjadi 4-5 jam, memberikan opsi transportasi yang lebih cepat dan nyaman bagi para wisatawan. Hal ini diperkirakan akan mendongkrak kunjungan wisatawan, terutama saat libur panjang, sekaligus mendukung pengembangan ekonomi lokal di wilayah Banjar dan Pangandaran.
Di sisi lain, reaktivasi jalur Bandung – Ciwidey diperkirakan lebih sulit direalisasikan. Alih fungsi lahan di sepanjang jalur ini menjadi pemukiman dan biaya yang besar untuk perbaikan infrastruktur membuat proyek ini membutuhkan kajian lebih lanjut terkait kelayakan dan manfaat ekonominya.
Dukungan Pemerintah dan Sumber Pendanaan
Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan PT KAI sangat mendukung program reaktivasi ini, namun tantangan pendanaan juga menjadi salah satu isu yang perlu mendapat perhatian serius. Estimasi biaya perbaikan infrastruktur, pembebasan lahan, serta pengadaan fasilitas pendukung lainnya diperkirakan membutuhkan dana yang besar. Oleh karena itu, pemerintah sedang menjajaki berbagai opsi pendanaan, termasuk kemungkinan bekerja sama dengan pihak swasta dan pemerintah pusat.
Kajian Lingkungan dan Dampak Sosial
Selain tantangan teknis dan finansial, reaktivasi jalur kereta api juga memerlukan kajian mendalam dari aspek lingkungan dan sosial. Perubahan tata guna lahan dari hutan menjadi pemukiman di sepanjang jalur Banjar – Cijulang, misalnya, menimbulkan masalah lintasan air yang harus diatasi. Selain itu, proyek ini juga harus mempertimbangkan dampak sosial, seperti relokasi warga yang berada di sepanjang jalur reaktivasi.