ujian hidup

Sahabat MQ Dalam Al-Qur’an, kisah Nabi Ayyub ‘alayhi salam disebutkan dalam surat Shad ayat 41: 

وَاذْكُرْ عَبْدَنَآ اَيُّوْبَۘ اِذْ نَادٰى رَبَّهٗٓ اَنِّيْ مَسَّنِيَ الشَّيْطٰنُ بِنُصْبٍ وَّعَذَابٍۗ ۝٤١

Artinya: Ingatlah hamba Kami Ayyub ketika dia menyeru Tuhannya, “Sesungguhnya aku telah diganggu setan dengan penderitaan dan siksaan (rasa sakit).”

Kisah ini menggambarkan ujian berat yang dihadapi Nabi Ayyub, yang meliputi penderitaan fisik, kehilangan harta, dan musibah yang menimpa keluarganya. Namun, semua itu tidak menggoyahkan keimanan dan kesabaran beliau.

Ujian dan Kesabaran Nabi Ayyub

Nabi Ayyub adalah contoh teladan dalam menghadapi ujian dengan penuh kesabaran. Ketika beliau jatuh sakit, Nabi Ayyub tidak meminta kesembuhan kecuali saat penyakitnya mulai menghalangi dirinya dari beribadah kepada Allah. Beliau hanya memohon agar Allah meringankan penyakitnya ketika ingin melaksanakan shalat.

Kesabaran Nabi Ayyub mencerminkan derajat tertinggi dalam ibadah, yaitu menjadikannya sebagai kebutuhan dan kenikmatan. Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat empat tingkatan dalam menjalani ibadah:

  1. Beban, yaitu ketika ibadah dilakukan karena keterpaksaan.
  2. Kewajiban, ketika ibadah dilakukan sebagai bagian dari tanggung jawab.
  3. Kebutuhan, ketika ibadah menjadi kebutuhan jiwa.
  4. Kenikmatan, seperti yang dirasakan oleh para nabi dan orang-orang saleh.

Peran Setan dalam Ujian Nabi Ayyub

Setan berperan dalam memperparah penderitaan Nabi Ayyub, baik secara fisik maupun psikologis, namun tidak mampu memengaruhi keimanan beliau. Dalam tafsir Ibnu Katsir, dijelaskan bahwa setan diberi izin oleh Allah untuk menguji Nabi Ayyub melalui penyakit, kehilangan harta, dan keluarga, namun hati beliau tetap dijaga oleh Allah.

Setan juga mencoba menggoda Nabi Ayyub dengan bisikan-bisikan negatif agar beliau berprasangka buruk kepada Allah. Namun, Nabi Ayyub selalu berlindung kepada Allah dari gangguan setan dan menjaga prasangka baiknya kepada Allah. Dalam hadits Qudsi, Allah berfirman bahwa Dia sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Oleh karena itu, berprasangka baik kepada Allah adalah bagian penting dari iman.

Ibrah dari Kisah Nabi Ayyub

Kisah Nabi Ayyub mengajarkan pentingnya menjaga ihsan dalam beribadah, terutama saat menghadapi ujian. Ihsan adalah tingkat ibadah yang dilakukan dengan penuh kesadaran akan kehadiran Allah. Selain itu, kisah ini mengingatkan umat Islam untuk selalu bermuhasabah, menguatkan hubungan dengan Allah (ma’rifatullah), dan menjaga hati agar tetap waras dalam menghadapi cobaan.

Riwayat tentang Gangguan Setan

Dalam riwayat Abdullah bin Abbas r.a., diceritakan bahwa Iblis meminta izin kepada Allah untuk menguji Nabi Ayyub. Allah mengizinkan Iblis untuk menguasai harta dan keluarga Nabi Ayyub, tetapi tidak tubuhnya. Iblis dan pasukannya kemudian menghancurkan harta Nabi Ayyub, merusak kebunnya, mencuri ternaknya, dan menyebabkan anak-anaknya tertimpa musibah. Namun, Nabi Ayyub tetap sabar dan tidak goyah imannya, bahkan ketika setan berusaha membisikkan keraguan dan keputusasaan.

Kisah Nabi Ayyub

Dalam riwayat Ibnu Abi Hatim, disebutkan bahwa Abdullah ibnu Abbas r.a. berkata, “Iblis pernah berdoa kepada Allah ketika Nabi Ayyub a.s. sedang sakit. Iblis berkata, ‘Wahai Tuhanku, berikanlah wewenang kepadaku untuk menguasai Ayyub a.s.’” Maka Allah berfirman, “Aku perkenankan engkau untuk menguasai harta dan anak-anaknya, tetapi Aku tidak memberikan izin untuk menguasai tubuhnya.”

Setelah mendapatkan izin tersebut, Iblis dan bala tentaranya turun, lalu Iblis berkata kepada mereka, “Sesungguhnya aku telah diberikan wewenang untuk menguasai Ayyub a.s. Perlihatkanlah senjata kalian kepadaku!” Lalu mereka berubah menjadi api, kemudian air. Ketika mereka berada di timur, tiba-tiba mereka sudah berada di barat, dan ketika mereka berada di barat, seketika mereka sudah berada di timur.

Selanjutnya, Iblis mengutus beberapa kelompok dari tentaranya. Sebagian menuju kebun Nabi Ayyub a.s., sebagian menuju unta-untanya, sebagian lagi menuju lembu-lembunya, dan sebagian lainnya menuju kambing-kambingnya. Iblis berkata, “Sesungguhnya hanya sifat sabar yang masih dapat melindungi dan mempertahankan dirinya dari pengaruh kalian. Maka berikanlah musibah kepadanya dari segala penjuru.”

Setan yang diutus ke kebun Nabi Ayyub merusaknya. Setan lainnya datang kepada Nabi Ayyub dan berkata, “Wahai Ayyub, tidakkah engkau melihat bahwa Rabb-mu telah mengirimkan api hingga membakar kebunmu?” Setan yang mencuri unta juga datang dan berkata, “Wahai Ayyub, tidakkah engkau tahu bahwa Rabb-mu telah mengirimkan penyamun yang mengambil semua untamu?” Hal serupa dilakukan pasukan setan lainnya.

Namun, ujian belum berakhir. Nabi Ayyub mengumpulkan anak-anaknya di rumah anaknya yang paling besar. Ketika mereka sedang makan dan minum, tiba-tiba angin kencang bertiup, menyapu fondasi tiang-tiang rumah, dan rumah itu pun runtuh, menimpa anak-anaknya. Semua anak Nabi Ayyub wafat akibat peristiwa tersebut.

Datanglah setan menjelma menjadi seorang anak kecil yang mengenakan anting di kedua telinganya. Ia berkata kepada Nabi Ayyub, “Wahai Ayyub, tidakkah engkau melihat bahwa Tuhan-mu mengumpulkan anak-anakmu di dalam rumah untukmu? Ketika mereka sedang makan dan minum, tiba-tiba angin besar menyapu fondasi rumah dan menjatuhkan tiangnya. Andai saja engkau melihat bagaimana darah mereka bercampur dengan makanan dan minuman mereka.”

Mendengar itu, Nabi Ayyub bertanya, “Lalu di mana engkau ketika itu?” Anak kecil itu menjawab, “Aku bersama mereka.” Nabi Ayyub bertanya lagi, “Bagaimana engkau bisa selamat?” Anak kecil itu menjawab, “Aku berhasil menyelamatkan diri.” Mendengar jawaban tersebut, Nabi Ayyub berkata, “Kalau begitu, engkau adalah setan.”

Kisah ini memberikan pelajaran penting tentang ujian kehidupan. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Mulk: “Tidaklah Allah menciptakan kehidupan dan kematian melainkan untuk menguji siapakah di antara kalian yang paling baik amalnya.” (QS Al-Mulk: 2).

Selama hidup, manusia akan menghadapi ujian, cobaan, dan musibah. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan memiliki sifat sabar. Godaan iblis tidak akan berpengaruh pada orang-orang yang memiliki kesabaran yang kuat. Oleh karena itu, jadikanlah sabar sebagai sifat yang melekat dalam diri dan sebagai fondasi kehidupan. Dengan sabar, kita dimudahkan dalam menghadapi segala ujian dan musibah yang menghampiri. Semoga kita senantiasa termasuk golongan orang-orang yang sabar dan diberikan kekuatan oleh Allah dalam menghadapi setiap ujian.

Program: Inspirasi Sore – Risalah Al Quran
Narasumber: Ustadz Sufyan Fadhlurrafie, S.Pd., M.Pd (Ketua Divisi Pendidikan Indonesia Al-Qur’an Center)