Sahabat MQ, dalam setiap pertandingan, tentunya akan ada yang menang dan kalah. Dan kita harus siap ketika menjadi pemenang maupun ketika kita berada di posisi yang tersingkirkan.

Memasang dada dan berjiwa pemenang, siap menjadi yang terunggul sekaligus siap memberikan “selamat” kepada yang terunggul. Karena kalah-menang dalam sebuah kompetisi adalah hal yang biasa.

Namun, berada di mana pun kondisi kita, menang atau kalah. Jiwa pemenang haruslah kita miliki. Jiwa pemenang yang dimaksud adalah memperjuangkan kemenangan di mata Allah subhanahu wa ta’ala.

Menjadi pemenang di mata Allah adalah harga “mati” kita sebagi umat islam untuk mencapai kehidupan yang hakiki di sisi-Nya kelak, karena itu adalah tuntutan Sang Pencipta kepada umat-Nya.

Dalam memperjuangkan kalah – menang di hadapan Allah, kita bertaruh dengan syaitan yang sudah ditetapkan sebagai makhluk yang tinggal kekal di neraka kelak.

Selama syaitan diberikan kesempatan di dunia, mereka sekuat tenaga menarik manusia untuk berada di bawah kendalinya, bersama-sama menuju kerugian yang besar.

Sahabat MQ, bagaimana sosok pemenang di hadapan Allah?

Dalam Alquran, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

“Sesungguhnya setan adalah musuh bagimu, maka anggaplah dia  musuhmu, karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Qs. Fathir : 6)

Ayat ini mengingatkan umat Nabi Muhammad untuk senantiasa waspada terhadap godaan musuhnya yaitu syaitan yang mengajak pengikutnya kepasa neraka yang panas, bukan kebahagiaan.

Untuk itu, Allah subhanahu wa ta’ala telah mengutus para rasul untuk memberikan pengarahan agar umat manusia di kemudian hari hidup sebagai sebagai pemenang di mata Allah.

Menjadi pemenang tidak akan serta merta mudah diraih seperti kita membalikan telapak tangan. Untuk menjadi pemenang kita akan selalu diuji oleh kesulitan yang nampak memberikan derita dan nestapa dalam hidup. Namun bila kita menjalaninya dengan arahan dari Allah subhanahu wa ta’ala, segala derita dan kesulitan itu justru menjadi jalan kita menjadi juara di akhir kelak, menjadi pemenang di mata Allah ketika kita kuat dari godaan syaitan dalam menjalani derita dan kesukaran dalam kehidupan.

Meski kita bukan seorang atlet atau peserta dalam sebuah kompetisi, namun kita adalah peserta dalam ajang kompetisi dengan syaitan, menjadi manusia pemenang atas godaan syaitan atau menjadi manusia kalah dengan menjadi pengikut syaitan hingga ke neraka.

Hanya dengan waspada dan kerjakeras meraih tujuan, seperti halnya yang dilakukan oleh para atlet untuk meraih mendali emas, mereka harus berlatih dan bekerja keras mengusai teknik untuk meraih tujuan yang mereka harapkan; “menjadi seorang yang berjiwa pemenang”.

 

(Konten ini disiarkan dalam Segmen Mozaik Islam, setiap Sabtu – Ahad pukul 17.00 WIB)