Sejatinya ujian itu akan selalu ada dalam kehidupan kita, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan hidup di dunia sebagai tempat ujjian untuk menguji siapa yang bersungguh-sungguh, dan untuk mencari keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah menjadikan dunia penuh dengan ujian karena dengan ujian itu Allah ingin mengetahui dan pilah pilih siapa orang-orang yang berhak masuk ke dalam surgaNya dan siapa yang ia akan dimasukkan ke dalam api neraka. Allah Ta’ala berfirman :
اَحَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُّتْرَكُوْٓا اَنْ يَّقُوْلُوْٓا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُوْنَأَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ ﴿٢﴾وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّـهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ ﴿٣﴾
Artinya :
Apakah manusia mengira akan dibiarkan berkata: “Kami beriman”, sementara ia tidak diuji?. Sungguh Allah telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka dengan ujian itu Allah mengetahui siapa yang jujur imannya dan siapa yang dusta keimanannya. (QS. Al-Ankabut :2-3)
Jika seseorang telah berani menyatakan bahwa dirinya beriman, maka barulah akan Nampak kadar kualitas keimanan yang dimiliki seseorang.
Mengapa orang yang beriman, justru yang diberi ujian oleh Allah swt?
Analoginya simple, bahwa orang yang mengikuti ulangan di sekolah, tentu adalah anak-anak sekolah, kalau tidak sekolah tentu saja tidak akan mendapatkan ujian sekolah. Kemudian ketika seseorang semakin tinggi kelasnya, maka semakin berat soal ujian yang diberikannya, karena menyesuaikan dengan tahap kemampuan dan kelas dari masing-masing murid.
Demikian juga dalam kehidupan beragama, justru yang beriman yang mendapat ujian dari Allah swt, semakin tinggi nilai kualitas keimanannya akan semakin berat ujian dan cobaan yang diberikannya.
Nabi Muhammad saw pernah memperingatkan dalab sabdanya :
الأنبياء ثم الأمثل فالأمثل فيبتلى الرجل على حسب دينه فإن كان دينه صلبا اشتد بلاؤه وإن كان في دينه رقة ابتلى على حسب دينه فما يبرح البلاء بالعبد حتى يتركه يمشى على الأرض ما عليه خطيئة
“(Orang yang paling keras ujiannya adalah) para nabi, kemudian yang semisalnya dan yang semisalnya, diuji seseorang sesuai dengan kadar agamanya, kalau kuat agamanya maka semakin keras ujiannya, kalau lemah agamanya maka diuji sesuai dengan kadar agamanya. Maka senantiasa seorang hamba diuji oleh Allah sehingga dia dibiarkan berjalan di atas permukaan bumi tanpa memiliki dosa.” (HR. At-Tirmidzy, Ibnu Majah, berkata Syeikh Al-Albany: Hasan Shahih)
Setiap orang Diuji berdasarkan keteguhan dan kekuatannya berpegang kepada agamanya, jadi semakin teguh kita berpegang kepada ajaran agama, semakin dekat dengan aturan-aturan agama semakin berat ujian dan cobaan yang datang menimpa kehidupan.
Allah swt menjelaskan jenis-jenis ujian yang diberikan kepada orang-orang yang beriman, dalam Qur’an surat al-baqarah ayat 155 Allah swt menjelaskan
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
Artinya :
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
Dalam ayat diatas bahwasannya kelak orang beriman akan diuji:
- Rasa takut, yang mungkin kadang-kadang tidak beralasan, namun menimbulkan kegelisahan didalam kehidupan kita. Seperti takut miskin, takut kehilangan jabata, bahakan takut akan mati.
- Kelaparan dan kekeringan, yang mana terkadang justru orang beriman allah uji dengan tidak dilimpahkan berupa kebutuhan kebutuhan hidupnya.
- Kekurangan harta, yang meliputi seluruh kekurangan yang bersangkutan dengan harta, baik bencana dari langit, tenggelam, kehilangan, raja-raja yang dholim, dan perompak jalanan yang merampas harta dan sebagainya.
- Kekuranga jiwa, Yakni kematian dan pembunuhan yang terjadi di medan jihad.
- Kekurangan buah-buahan, Yakni yang disebabkan oleh penyakit, atau pendapat lain mengatakan maknanya adalah kematian anak keturunan.
Berikut adalah ujian yang Allah timpakan kepada orang yang beriman. Ujian yang Allah berikan bukan semata untuk menghukum orang beriman, melainkan untuk memberikan tantangan akan keimanannya kepada Allah swt. Karena layaknya sebuah pohon, semakin tinggi pohonnya, maka akan semakin deras angina yang menerpanya. Lantas jika kita gak mau diterjang angin, jadilah rumput, tapi inget rumput itu harus siap untuk diinjak.