Sahabat MQ Ketauladanan Nabi Muhammad SAW telah diabadikan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an, tepatnya dalam Surah Al-Ahzab ayat 21, yang berbunyi:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ ۝٢١

“Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah.”

Dalam ayat ini, Allah menegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah contoh ideal bagi umatnya. Di antara sekian banyak nabi yang diutus, Nabi Muhammad SAW menjadi sosok yang sangat detail dalam memberikan ketauladanan, yang kemudian diabadikan dalam berbagai hadis dan ayat Al-Qur’an. Salah satu aspek penting dari ketauladanan beliau adalah hubungan dengan keluarga.

Nabi Muhammad SAW mengajarkan bahwa perilaku kita terhadap keluarga mencerminkan karakter kita sebagai individu. Bagaimana kita berinteraksi dengan anggota keluarga adalah cerminan sejati dari akhlak kita. Jadi, jangan sampai kita bersikap baik kepada teman-teman dan dalam pergaulan di luar rumah, tetapi justru memiliki masalah dalam hubungan dengan keluarga. Keluarga adalah lingkungan terdekat yang seharusnya mendapatkan perhatian dan kasih sayang kita yang lebih. Dalam hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda:

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik terhadap keluarganya.” (HR At-Tirmidzi no 3895)

Hikmah dari Keluarga Nabi Muhammad SAW

Keluarga Nabi Muhammad SAW memberikan banyak pelajaran berharga yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah beberapa hikmah yang bisa kita ambil:

  1. Kemampuan Menghibur Anggota Keluarga

Nabi Muhammad SAW selalu mampu menghibur istri dan anak-anaknya ketika mereka mengalami kesedihan. Salah satu contohnya adalah saat Hafshah mengeluarkan kata-kata kurang baik kepada Shafiyah karena latar belakang Yahudinya. Dalam situasi tersebut, Nabi menunjukkan sikap empati dan memberikan dukungan kepada Shafiyah. Hal ini mengajarkan kita betapa pentingnya memberikan semangat dan penghiburan kepada keluarga di saat-saat sulit.

  1. Membangun Keharmonisan dalam Rumah Tangga

Nabi SAW menerapkan sikap yang mendatangkan manfaat dalam rumah tangganya, sekaligus mengokohkan ikatan hubungan dengan pasangan. Beliau dikenal sebagai sosok yang romantic. Salah satu contoh nyata dari sikap ini adalah cara beliau memanggil istri-istrinya dengan panggilan yang penuh kasih dan indah. Misalnya, ketika beliau memanggil Aisyah dengan sebutan “Humaira” yang berarti pipi kemerahan. Panggilan ini merujuk pada kulit Aisyah yang sangat putih, sehingga ketika terkena sinar matahari, pipinya tampak kemerahan dan cantik. Penggunaan nama panggilan yang manis dan menyentuh hati ini bukan hanya menunjukkan kasih sayang, tetapi juga menciptakan suasana yang hangat dalam hubungan mereka.

Sikap ini mengajarkan kita bahwa perhatian kecil, seperti panggilan penuh kasih, dapat memberikan dampak besar dalam memperkuat hubungan suami istri. Banyak dalil yang menyatakan bahwa keharmonisan dapat menguatkan ikatan hubungan dan mendatangkan pahala yang berlimpah.

  1. Menjadi Pasangan yang Tidak Membebani

Nabi SAW menjadi teladan dalam hal tidak membebani pasangannya. Rumah tangga bisa menjadi tantangan, tetapi penting untuk menyadari bahwa bukan harta atau fasilitas yang menjamin kebahagiaan, melainkan bagaimana kita mengelola egoisme dan saling mendukung satu sama lain. Prinsip ini menjadi kunci dalam membangun rumah tangga yang sehat dan bahagia.

  1. Melibatkan Pasangan dalam Keputusan Penting

Nabi Muhammad SAW selalu melibatkan istrinya dalam pengambilan keputusan penting. Contohnya, saat peristiwa Hudaibiyah, ketika Nabi SAW dan kaum Muslimin dihalangi untuk melaksanakan umrah. muncul kesepakatan yang dikenal dengan Perjanjian Hudaibiyah. Dalam situasi tersebut, ketika Nabi SAW menyampaikan kepada sahabat-sahabatnya untuk melakukan tahalul, sayangnya, tidak ada yang mengindahkan perintah tersebut. Nabi merasa kecewa dan frustrasi melihat keadaan ini.

Dalam kondisi tersebut, Nabi SAW kemudian masuk ke tenda dan berbagi keluh kesahnya dengan Ummu Salamah. Mendengarkan suaminya, Ummu Salamah memberikan nasihat yang bijak dan menenangkan. Ia mendorong Nabi untuk tetap bersikap tenang dan mengambil langkah yang tepat untuk mengatasi situasi tersebut.

Keterlibatan ini menciptakan rasa saling memiliki dan menumbuhkan kepercayaan antara suami dan istri. Dengan mendengarkan pendapat satu sama lain, keduanya merasa dihargai dan diakui, yang pada gilirannya memperkuat ikatan emosional dalam rumah tangga. Sikap ini mengajarkan kita bahwa mengambil keputusan bersama dapat memperkuat hubungan dan menciptakan suasana saling mendukung dalam menghadapi berbagai situasi.

5. Sikap Santun dan Penuh Pengertian

Nabi SAW juga dikenal sebagai sosok yang tidak pernah bersikap kasar terhadap pasangannya. Suatu ketika, Aisyah mengalami kemarahan dan mengucapkan kata-kata yang kurang baik. Dalam situasi ini, Abu Bakar, ayah Aisyah, merasa marah dan ingin menegur putrinya. Namun, Nabi SAW dengan penuh kasih sayang merelakan dan menahan tangan Abu Bakar agar tidak menyakiti Aisyah.

Sikap sabar dan penuh pengertian yang ditunjukkan oleh Nabi ini sangat penting dalam menjaga keharmonisan komunikasi antar pasangan. Dengan merespons konflik dengan cara yang lembut, Nabi SAW mengajarkan kita bahwa kasih sayang dan pengertian harus diutamakan dalam setiap interaksi. Keteladanan ini mengajak kita untuk selalu berusaha mengelola emosi dan bersikap lembut dalam menghadapi masalah dalam rumah tangga. Dengan demikian, kita dapat menciptakan suasana yang harmonis, di mana komunikasi berjalan baik dan cinta semakin tumbuh.

Jika lima hal di atas dapat diterapkan dalam rumah tangga kita, kita akan memperoleh pelajaran berharga dari keluarga Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian, rumah tangga kita akan menjadi tempat yang diberkahi, penuh dengan suasana sakinah, mawaddah, dan warahmah.

Mari kita teladani sikap-sikap mulia yang ditunjukkan oleh Nabi SAW, seperti saling menghibur, melibatkan pasangan dalam keputusan penting, menunjukkan kasih sayang, dan bersikap sabar. Dengan mengimplementasikan nilai-nilai ini, kita dapat menciptakan keluarga yang harmonis, di mana setiap anggota merasa dihargai dan didukung.

Semoga kita semua bisa meneladani akhlak mulia Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-hari, sehingga rumah tangga kita tidak hanya menjadi tempat tinggal, tetapi juga ladang pahala dan kebahagiaan.

Narasumber: Ust. Toni Mas’ud
Program: Inspirasi Keluarga – Dinamika Keluarga