Hati nurani adalah salah satu aspek terdalam dalam jiwa manusia yang senantiasa menilai benar salahnya perasaan, niat, angan-angan, pemikiran, hasrat, sikap dan tindakan seseorang, terutama dirinya sendiri. Sekalipun hati nurani ini cenderung menunjukkan hal yang benar dan hal yang salah, tetapi tidak jarang mengalami keragu-raguan dan sengketa batin sehingga seakan-akan sulit menentukan yang benar dan yang salah. Tempat untuk memahami dan mengendalikan diri itu ada di hati. Hatilah yang menunjukkan watak dan diri kita sebenarnya. Hati atau “qalbu”-lah yang membuat manusia mampu berprestasi, bila hati bening dan jernih, insya Allah, keseluruhan diri manusia akan menampakkan kebersihan, kebeningan, dan kejernihan.
Hati menjadi esensi dari perilaku dan kehidupan manusia harus tetap dijaga dengan tulus dan hati-hati, jika hatinya baik maka perilaku seseorang akan baik, tetapi bila hati buruk, maka akan berakibat negatif bagi perilaku manusia. Hati yang buruk inilah yang sering disebut sebagai hati yang berpenyakit. Penyakit hati mampu merusak gambaran dan kehendak hati. Gambaran tentang syubhat (hal-hal yang samar) membuatnya tidak mampu melihat kebenaran, atau bahkan ia melihat kebalikannya. Akibatnya, orang yang terjangkit penyakit hati akan membenci kebenaran yang bermanfaat dan menyukai kebatinan yang membawa kepada kemudharatan.
Penyakit hati sangat berbahaya, Allah berfirman dalam QS. At-Taubah:125
وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَىٰ رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا وَهُمْ كَافِرُونَ
Terjemah:”Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir.“
Menurut Ibnu Taimiah penyakit hati adalah suatu bentuk kerusakan yang menimpa hati, sehingga berakibat hati tidak mampu untuk melihat kebenaran. Orang terjangkit penyakit hati akan membenci kebenaran dan menyukai kebatilan sehingga membawa kepada kemudharatan. Penyakit hati menurut Ibnu Taimiyah adalah penyakit yang ada di dalam hati, seperti kemarahan, keraguan dan kebodohan dan kezaliman, Ibnu Taimiyah fokus kajian tentang penyakit hati adalah hasud atau iri ataupun dengki. Menurutnya dengki dengan mengambil beberapa pendapat adalah rasa sakit yang disebabkan oleh kecemburuan terhadap orang yang berharta dan juga sikap berangan-angan atau berharap hilangnya nikmat dari orang lain, meskipun dengan dengan hilangnya nikmat itu dia tidak memperolehnya, dengan dapat disimpulkan bahwah iri merupakan suatu bentuk kebencian dan rasa tidak senang terhadap kenikmatan yang ada pada orang lain. (Ibnu Taimiyah, Terapi Penyakit Hati, 1998:13)
Penyakit hati tidak boleh dibiarkan bersemayam dalam jiwa-mu, karena penyakit hati bisa membuat kita kehilangan arah, membuat kita lupa dengan yang maha kuasa, egois dengan hidup, merasa hanya diri sendirilah yang harus bahagia, menderita dengan kebahagiaan orang lain, mengalami frustasi jika impian tak tercapai, oleh sebab itulah penyakit hati harus disembuhkan. Apabila manusia berada dalam kondisi hati yang sakit, maka perlu mengobati penyakit ini sehingga dia dapat kembali kepada Islam dengan benar. Hatipun kemudian menjadi selamat dan bersih dari noda-noda sehingga dapat hidup dengan cahaya dan jalan Allah. Berikut beberapa cara untuk mengobati hati yang berpenyakit:
Berdzikir
Berdzikir bagi umat Islam bukanlah hal yang baru, berdzikir merupakan ajaran dalam agama Islam yang dipraktikan setiap waktu dan dalam segala kondisi. Dzikir merupakan kebutuhan pokok atau kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dzikir bertujuan untuk meneguhkan hati, memperkuat iman, dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah, sebagai mana Allah berfirman dalam Al-Qur‟an :
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
Terjemah:”(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.“
Dengan berdzikir orang akan memperoleh ketenangan batin dan jiwa, karena ia akan mengingat mengingat dirinya dan dirinya merasa diingat oleh Allah. Dengan berdzikir maka akan merasa bahwa Allah mengetahui, memperhatikan dan mendengar doanya.
Membaca Al-Qur’an dan Tadabbur (Merenungkannya)
Ketika mulai merasa kesal dan sakit hati cobalah untuk membaca Al-Qur’an dan Tadabburi Qur’an agar mendapat ketenangan lahir dan batin. Dalam QS. al-Isra’ ayat 82, Allah Swt berfirman:
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاء وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ
Terjemah: “dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi obat penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.“
Memperbanyak Amal Saleh
Dengan selalu melakukan kegiatan baik dan bermanfaat bagi manusia lainnya, akan menuntun kita menjadi manusia yang berakhlak dan berhati baik. Banyak hal yang dapat dilakukan sebagai awal amal sholeh bagi kita seperti bersedekah, memperbiki cara solat kita, menambah solat sunnah dan sebagainya. Mendirikan salat malam bisa menjadi salah satu solusi tepat untuk mendekatkan hati dan jiwa kita kepada Allah. Mencurahkan segala isi hati, rasa cinta kepada Allah, menceritakan segala rasa bahagia, susah dan air mata kepada sang Pencipta akan membuat hati merasa lebih tenang.
وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا
Terjemah:”Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.” (QS. An-Nisa : 124)
Wudhu
Wudhu juga bisa dijadikan obat untuk penyakit hati. Penyakit hati di antaranya yaitu marah. Jika kita dalam keadaan marah, kemudian kita berwudhu hati kita akan terasa lebih tenang. Adanya kesadaran akan melahirkan ketersambungan hati dengan Allah SWT. Saat berkumur-kumur misalnya, sadari dan niatkan bahwa air yang masuk ke mulut bukan sekadar membersihkan kotoran lahir, tapi juga dosa-dosa yang pernah terucap lewat lisan. Demikian pula saat mencuci telapak tangan, membersihkan lubang hidung, membasuh muka, membasuh tangan sampai siku, dan sebagainya. Niatkan sebagai sarana pembersihan dosa yang ada pada bagian-bagian tubuh tersebut.
Sahabat MQ, semoga kita senantiasa selalu dalam genggaman Allah agar terhindar dari hati yang berpenyakit yang membuat kita lupa dengan diri dan lupa dengan Allah. Semoga sahabat MQ, dimanapun berada selalu mampu mengendalikan hati dan pikiran untuk tetap berdiri di atas jalan Allah, agar ketenangan dan kebahagiaan senantiasa menyelimuti hidup kita.