Islam menyerukan agar kita senantiasa bersikap hati-hati dan waspada dalam segala urusan, melakukan pengamatan yang seksama dan pertimbangan yang tepat sebelum memutuskan berbagai perkara penting dalam kehidupan kita. Melakukan perencanaan yang matang serta waspada dalam berbagai hal tentang dampak dari apa yang ingin kita perbuat itu sangat penting. Jangan sampai kita memutuskan perkara atau melakukan suatu hal yang berakibat fatal bagi diri sendiri ataupun orang lain.

أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ

Terjemah:”(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az-zumar:9)

Ayat ini merupakan salah satu ayat yang berbicara tentang urgensi dan keutamaan sikap hati-hati, waspada, mawas diri yang disebut Alquran dengan istilah “al-hadzar”. Sikap itu merupakan “akhlaqul quran” yang sepatutnya dimiliki oleh mereka yang mengaku berakal (ulul albab). Sikap itu juga merupakan impelementasi dari kesyukuran seorang hamba atas segala nikmat yang lahir maupun yang batin.

Secara global, berdasarkan analisis terhadap ayat-ayat Alquran yang berbicara tentang hadzar, terdapat dua hal yang dituntut dari kita untuk senantiasa berhati-hati, selalu waspada dan mawas diri. Pertama, waspada dan mawas diri dari segala bentuk kemaksiatan agar terhindar dari murka dan azab Allah. Kedua, waspada dan berhati-hati terhadap musuh, baik musuh yang nyata maupun musuh yang tidak nyata.

Sahabat MQ, waspada sangat berbeda dengan rasa was-was, waspada datangnya dari Allah sedangkan rasa was-was adalah datang dari setan. Seperti halnya ketika kita melihat orang yang sedang sholat melakukan takbirotul ihrom berkali-kali, ada perasaan takbir kita kurang sempurna, sehingga harus mengulangnya secara terus menerus. Nah ini lah yang dinamakan “was-was”. Dalam dunia islam, was-was merupakan godaan syetan kepada manusia. Sebagaimana Allah swt berfirman dalam QS. An-Naas yang artinya:

katakanlah aku berlindung kepada tuhannya manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. Dari (golongan) jin dan manusia

Dari ayat diatas sudah jelas bahwa was was itu berasal dari bisikan setan yang ditujukan kepada manusia. Oleh karena itu, was was bukanlah tindakan yang benar. Jadi kalaupun ketika ada perasaan was was ketika kita melakukan sholat atau kegiatan yang lainnya kita diperintahkan untuk  mengabaikannya dan meminta perindungan kepada Allah.

Sahabat MQ, berikut 2 tips agar kita terhindar dari rasa was-was dan selalu berwaspada dalam menjalani hidup:

Ikhlas dalam Beribadah kepada Allah

Manusia yang memberikan hati sepenuhnya kepada Allah ketika beribadah dengan ikhlas, maka ia berhasil menggenggam cahaya Allah, ia akan senantiasa melakukan setiap ibadahnya karena Allah. Manusia yang giat melakukan ibadah dengan rasa ikhlas, akan menghadirkan ketenangan, meyakini bahwa keikhlasan ibadah ini ia tujukan untuk Allah semata. Allah swt. akan menjadi penjaga terbaik manusia dari godaan-godaan setan yang menimbulkan rasa was-was. Allah mampu menjaga dunia dan isinya dan Allah mampu menjaga akhirat dengan segala isinya, maka dari itu Allah tentu akan mampu menjaga kita dimanapun kita berada. Ketika kita ikhlas beribadah kepada Allah, maka Allah akan lebih dari ikhlas menjaga kita sebagai hamba-Nya.

Berdzikir

Dzikir kepada Allah (dzikrullah) secara sederhana dapat diartikan ingat kepada allah atau menyebut nama Allah secara berulang-ulang. Dzikir dalam pengertian mengingat Allah sebaiknya dilakukan setiap saat baik secara lisan maupun dalam hati. Dimanapun kita berada, sebaiknya selalu ingat kepada Allah swt sehingga kita dihadapan Allah
merasa malu akan berbuat dosa dan maksiat kepadanya.

Dzikir kepada Allah (dzikrullah) secara sederhana dapat diartikan ingat kepada allah atau menyebut nama Allah secara berulang-ulang. Dzikir dalam pengertian mengingat Allah sebaiknya dilakukan setiap saat baik secara lisan maupun dalam hati. Dimanapun kita berada, sebaiknya selalu ingat kepada Allah swt sehingga kita dihadapan Allah
merasa malu akan berbuat dosa dan maksiat kepadanya.

Sahabat MQ, untuk kita yang senantiasa setia berdzikir kepada Allah, maka kita akan selalu mengingat Allah dan merasa waspada dengan apa yang akan kita lakukan, sebab kita meyakini bahwa Allah itu tidak pernah tidur dan selalu ada menjaga kita. Allah selalu dekat dengan hamba-Nya, Allah tidak pernah pergi dari sisi hamba-Nya. Oleh sebab itu, berdzikirlah kepada Allah agar kita menjadi manusia yang hidup dengan berkah dan jauh dari godaan setan.