Kita diciptakan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dengan segenap sifat-sifat yang dititipi kepada kita sebagai manusia. Sebagai makhluk yang berakal, kita dapat memilih sifat mana yang akan kita tunjukkan dan mana yang tidak. Akal manusia Allah ciptakan dengan sesempurna mungkin, sampaipun kepada saudara kita yang memiliki kekurangan secara fisik maupun mental. Qolbu atau hati kita juga Allah ciptakan sesempurna mungkin, menjadi bagian inti dari kehidupan kita. Terkadang, hati dapat menjadi jawaban akan masalah yang di alami, dan juga menjadi penyaring apakah itu baik ataupun buruk.
Akal dan hati lah yang menjadi penyaring manusia untuk berbuat baik atau buruk
Sudah menjadi sunnatullah didalam kehidupan, adanya perbuatan yang baik dan ada juga perbuatan yang buruk. Perbuatan baik adalah perbuatan yang Allah ridho terhadap perbuatan tersebut dan dapat mengakibatkan pahala bagi orang yang melaksakannya. Perbuatan buruk adalah kebalikannya yakni perbuatan yang Allah swt tidak ridha atas perbuatan tersebut, dan mengakibatkan dosa bagi orang yang melakukannya.
Ketika Allah swt menciptakan malaikat, syetan dan manusia, dan Allah mengtakdirkan malaikat sebagai mahluk yang senantiasa taat dan beribadah kepada Allah swt yang merupakan cerminan perbuatan bai. Allah pun menciptakan syetan yang Allah takdirkan senantiasa menentang yang dicerminkan sutu perbuatan buruk, maka manusia itu berada ditengah-tengahnya, yakni terkadang memiliki sifat baik cerminan malaikat, adakalanya berbuat buruk cerminan dari syetan. Maka dengan hati dan akal lah manusia dapat membedakan mana yang merupakan perbuatan baik dan perbuatan buruk, yang itu pun menentukan manusia Allah ganjar dengan pahala, ataupun Allah ganjar dengan suatu siksaan.
Asal dari keresahan dan kegelisahan kita adalah buah dari perbuatan-perbuatan buruk dan dosa kita sendiri
Sahabat mq, sesungguhnya asal dari keresahan dan kegelisahan kita adalah buah dari perbuatan-perbuatan buruk dan dosa kita sendiri. Saat kita berbuat dosa, ibarat kita menaburkan paku di setiap jalan yang persis akan kita lalui. Dosa yang kita lakukan akan benar-benar membahayakan diri sendiri, dan kita yang akan memikul kepedihannya. Karena Tiada yang paling membahayakan bagi diri kita selain keburukan-keburukan diri yang tidak segera ditobati.
Maka, hal yang harus kita lakukan sekarang adalah sering mengevaluasi diri kita. Bertanyalah kepada diri sendiri tentang dosa apa saja yang sudah kita perbuat, mulai dari yang terjauh di masa lalu sampai yang terakhir kita lakukan untuk kemudian kita tobati. Muhasabah itu mengevaluasi diri, dan melihat terhadap diri kita akan perbuatan yang telah kita lakukan, apakah banyak berbuat baiaknya ataukah banyak berbuat buruknya. Sehingga kita tahu kekurangan-kekurangan kita yang mungkin sebagai manusia yang banyak laleinya ketimbang taatnya.
Bagaimanakah Teknik muhasabah itu ?
Coba ssesekalai kita Lihat potret foto sendiri lalu tanya:
“Mulut ini sering dipakai dzikir atau ngomongin orang?”
“Mata ini banyak melihat sosmed atau melihat Quran? ”
” Orang ini apakah yang akan menjadi ahli surga atau ahli neraka?”
Kalau melihat potret sendiri dengan pertanyaan itu menangis dengan jujur maka itu muhasabah diri. Janagan sampai kita malah sibuk terhadap kesalahan orang lain, yang imbasnya akan lalai dengan kesalahan diri sendiri. Sehingga ketika kita lebih sibuk terhadap kesalahan orang lain maka hati kita akan makin kotor dengan menggap orang lain berdosa, dan merasa dirinya paling benar. Yang justru perasaan seperti itulah yang membuat diri kita hina dan berdosa. Semoga kita tergolong hamba-hamba Alloh yang senantiasa mengevaluasi diri, dan bertaubat terus-menerus. Dan semoga Alloh Subhanahu Wa Taála mengampuni setiap dosa-dosa kita.