Sahabat MQ Pengumpulan Al-Qur’an pada zaman Usman bin Affan menghasilkan enam mushaf induk yang disebarkan ke kota-kota besar seperti Mekkah, Madinah, Kufah, Basrah, dan Damaskus. Penyebab pengumpulan Al-Qur’an ini adalah banyaknya penaklukan kota-penaklukan kota. 

Pada masa pemerintahan Khalifah Usman bin Affan, pengumpulan Al-Qur’an dilakukan dengan sangat serius. Setiap penduduk di berbagai daerah mengambil qira’ah dari sahabat Rasulullah yang terkenal di wilayah mereka, namun hal ini sering menyebabkan kekeliruan dalam bacaan. Perbedaan geografis dan jarak yang jauh antar wilayah menjadi faktor utama terjadinya perbedaan cara membaca Al-Qur’an. Misalnya, penduduk Syam membaca Al-Qur’an dengan qira’ah yang diajarkan oleh Ubay bin Ka’ab, sedangkan penduduk Kufah mengikuti qira’ah Abdullah bin Mas’ud. Perbedaan ini menimbulkan konflik di kalangan masyarakat.

Untuk mengatasi permasalahan ini, Usman bin Affan yang dikenal dengan kecerdasan dan wawasan luasnya, mengumpulkan para sahabat terkemuka yang ahli dalam bidang Al-Qur’an, seperti Abdullah bin Zubair, Said bin Ash, dan Abdurrahman bin Harith bin Hisyam. Mereka bekerja sama untuk mencari akar masalah dan menyatukan bacaan Al-Qur’an. Usman juga menunjuk Zaid bin Thabit sebagai ketua tim pengumpulan Al-Qur’an untuk memastikan bahwa seluruh umat Islam memiliki salinan yang seragam dan benar.

Salah satu keunggulan kodifikasi Al-Qur’an pada masa Khalifah Utsman bin Affan adalah terbentuknya enam mushaf induk. Keenam mushaf ini disebarkan ke berbagai daerah strategis untuk memastikan keseragaman bacaan dan tulisan Al-Qur’an di seluruh wilayah kekuasaan Islam pada saat itu.

Di Madinah, terdapat dua mushaf yang dikenal dengan sebutan Madinatul ‘Am dan Madinatul Khos. Madinatul ‘Am disebarkan kepada masyarakat Madinah untuk dipelajari dan dibaca oleh penduduk setempat. Sementara itu, Madinatul Khos merupakan mushaf yang secara khusus dimiliki oleh Khalifah Utsman bin Affan sebagai mushaf pribadi yang berfungsi sebagai mushaf induk atau utama.

Selain di Madinah, mushaf ketiga dikirim ke Mekkah, mushaf keempat ke Kota Basrah, mushaf kelima ke Kota Kufah, dan mushaf keenam ke Kota Syam. Penyebaran mushaf-mushaf ini bertujuan untuk menjaga keseragaman teks Al-Qur’an di berbagai wilayah serta mencegah perbedaan dalam bacaan dan penafsiran di masa mendatang.

Qira’at Sab’ah atau tujuh imam qira’at merujuk pada tujuh cara bacaan Al-Qur’an yang populer dan disusun oleh Ibnu Mujahid. Ketujuh imam tersebut adalah Imam Nafi’, Imam Ibnu Katsir, Imam Abu ‘Amr, Imam Ibnu ‘Amir, Imam Ashim, Imam Hamzah, dan Imam Al-Kisa’i. Qira’at ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa ilmu Al-Qur’an memiliki keluasan yang sangat dalam dan beragam.

Kodifikasi Al-Qur’an pada masa Khalifah Utsman bin Affan dilakukan dengan menyalin suhuf yang sebelumnya dikumpulkan pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq. Para ulama meyakini bahwa lembaran-lembaran tersebut mencakup bacaan Al-Qur’an yang diturunkan dalam berbagai huruf dengan sanad yang mutawatir dari Nabi Muhammad SAW.

Tidak ada riwayat yang sahih, baik yang kuat maupun yang lemah, yang menyatakan bahwa Khalifah Utsman dan murid-muridnya memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk menulis hanya satu huruf atau satu bacaan dan menghilangkan yang lainnya.

Namun, terdapat pendapat yang menyatakan bahwa Khalifah Utsman memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk menulis mushaf dengan menggunakan lughah (dialek) Quraisy. Oleh karena itu, dalam mushaf tersebut tidak ditemukan selain lughah Quraisy.

Penulisan dan kodifikasi Al-Qur’an pada masa Utsman bin Affan diyakini telah menghasilkan mushaf yang disebarkan ke enam wilayah utama, yaitu Kufah, Basrah, Makkah, Syam, dan dua mushaf di Madinah. Perbedaan kecil dalam mushaf-mushaf tersebut tidak mengurangi keaslian atau kesahihan Al-Qur’an itu sendiri.

Penting untuk dipahami bahwa mushaf yang ditulis pada masa Khalifah Utsman bin Affan di bawah kepemimpinan Zaid bin Tsabit mencakup atau merepresentasikan sab’ah ahruf (tujuh dialek bacaan Al-Qur’an). Dengan demikian, mushaf tersebut tetap menjaga keanekaragaman bacaan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada para sahabatnya.

Prograam: Inspirasi Sore – Inspirasi Qur’an
Narasumber: KH Hery Saparjan Mursim M. Ag., Alhafizh