
Sahabat MQ, Al-Qur’an berasal dari kata kerja bahasa Arab qara’a yang berarti membaca, sementara Qur’anan berarti bacaan. Dengan demikian, Al-Qur’an dapat diartikan sebagai kitab yang dibaca. Al-Qur’an mengandung sekitar tujuh puluh tujuh ribu kata. Kata pertama yang didengar oleh Nabi Muhammad SAW adalah iqra’ yang berarti “bacalah”. Al-Qur’an adalah kitab yang bacaannya mengandung mukjizat.
وَلَوْ اَنَّ قُرْاٰنًا سُيِّرَتْ بِهِ الْجِبَالُ اَوْ قُطِّعَتْ بِهِ الْاَرْضُ اَوْ كُلِّمَ بِهِ الْمَوْتٰىۗ بَلْ لِّلّٰهِ الْاَمْرُ جَمِيْعًاۗ اَفَلَمْ
ا۟يْـَٔسِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْ لَّوْ يَشَاۤءُ اللّٰهُ لَهَدَى النَّاسَ جَمِيْعًاۗ وَلَا يَزَالُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا تُصِيْبُهُمْ بِمَا صَنَعُوْا
قَارِعَةٌ اَوْ تَحُلُّ قَرِيْبًا مِّنْ دَارِهِمْ حَتّٰى يَأْتِيَ وَعْدُ اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُخْلِفُ الْمِيْعَادَࣖ
Sekiranya ada suatu bacaan (Kitab Suci) yang dengannya gunung-gunung dapat digeserkan, bumi dibelah, atau orang mati dapat diajak bicara, (itulah Al-Qur’an). Sebenarnya segala urusan itu milik Allah. Tidakkah orang-orang yang beriman mengetahui bahwa sekiranya Allah menghendaki, tentu Allah telah memberi petunjuk kepada manusia semuanya. Orang-orang yang kufur senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi di dekat tempat kediaman mereka, sampai datang janji Allah. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji. (Qs. Ar-Ra’d:31)
Banyak pemuka-pemuka Quraisy yang sebelumnya sangat membenci Islam, bahkan sampai membunuh para sahabat dan memusuhi Nabi Muhammad SAW. Namun, ketika mereka mendengar Al-Qur’an dibacakan, banyak di antara mereka yang hatinya tunduk terhadap kehebatan dan kebesaran Al-Qur’an. Salah satu contoh yang terkenal adalah Umar bin Khatab.
Dalam Qs. Maryam ayat lima puluh delapan, Allah berfirman:
اِذَا تُتْلٰى عَلَيْهِمْ اٰيٰتُ الرَّحْمٰنِ خَرُّوْا سُجَّدًا وَّبُكِيًّا
Orang beriman, Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah Yang Maha Pengasih, mereka tunduk, sujud, dan menangis.(Qs.Maryam:58)
Nabi Muhammad SAW juga bersabda dalam hadis sahih Bukhari, “Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat memberi syafaat kepada pembacanya.”
Nama Al-Qur’an sendiri disebutkan dalam Surah Al-Baqarah ayat 185, yang berbunyi:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi umat manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk dan pembeda.” (QS. Al-Baqarah: 185)
Dalam ilmu bahasa Arab, kata liqori’ihi seharusnya berarti “bagi pembacanya”, namun Nabi Muhammad SAW kemudian mengubahnya menjadi liashabihi, yang berarti “bagi sahabatnya”. Hal ini menunjukkan bahwa kita seharusnya menjadi sahabat Al-Qur’an, dan bukan hanya sekadar membacanya. Ketika kita menjadi sahabat Al-Qur’an, maka Al-Qur’an akan memberikan syafaat kepada kita, bukan hanya sekadar dibaca.
Lalu, siapa yang disebut sebagai sahabat Al-Qur’an? Sahabat Al-Qur’an adalah mereka yang berinteraksi dengan Al-Qur’an melalui lima pendekatan. Pendekatan pertama adalah dengan membacanya, yang dikenal dengan istilah iqra’ (bacalah). Pendekatan kedua adalah dengan membaca Al-Qur’an secara tartil, yaitu membaca dengan baik dan benar, disertai dengan ilmu tajwid. Pendekatan ketiga adalah dengan tadarus, yang berarti menghafal Al-Qur’an.
Pendekatan keempat adalah tadabur, yaitu tidak hanya membaca dan menghafal, tetapi juga memahami maknanya. Tentu saja, antara satu tingkat dengan tingkat lainnya memiliki keutamaan yang berbeda. Jika seseorang sampai pada tingkat tadabur, maka pahalanya jauh lebih besar dibandingkan hanya sekedar menghafal.
Pendekatan kelima adalah tilawah. Tilawah berasal dari kata “pala”, yang artinya mengikuti. Tilawah berarti mengikuti apa yang kita baca, kita hafal, dan kita pahami dengan cara mengamalkannya. Inilah pengamalan dari apa yang kita baca, hafal, dan pahami. Oleh karena itu, seseorang yang sudah mengamalkan Al-Qur’an dengan lima pendekatan ini, disebut sebagai ashabul Qur’an, yaitu sahabat Al-Qur’an.
Mengamalkan Al-Qur’an akan terasa indah dan nikmat ketika kita benar-benar memahami maknanya. Orang yang mengamalkan Al-Qur’an pasti memahami, dan orang yang memahami pasti menghafal, sementara orang yang menghafal pasti membacanya. Setiap huruf yang dibaca dari Al-Qur’an akan mendapatkan sepuluh pahala atau kebaikan. Membaca Al-Qur’an tidak hanya menenangkan hati, tetapi juga mendatangkan keberkahan dari Allah. Dengan membaca Al-Qur’an, hati kita tidak akan pernah bosan, bahkan semakin merasa sejuk dan nyaman.