Jika mendengar kata hijrah kita akan teringat mengenai kisah sirah nabawi sekaligus trand saat ini. Masih banyak pula kaum muslim yang tidak mengetahui makna dari hijrah itu sendiri. Untuk itu pembahasan kali ini mengenai makna hijrah yang merujuk kepada Al- Quran tafsir surat An-Nisa : 100.

Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Q.S. An-Nisa : 100)

Di dalam ayat ini terdapat asbabun nuzul (sebab turunnya ayat), di kupas dari tafsir munir hayyah, tafsir munir dan tafsir Ibnu Katsir. Kenapa ayat ini muncul?

Ibnu Abi Hatim dan Abu Ya’la meriwayatkan dengan sanad jayyid bahwa Ibnu Abbas berkata, “Dhamrah bin Jundab keluar dari rumahnya untuk hijrah. Di berkata kepada anak-anaknya, ‘Bawalah aku keluar dari negeri orang-orang musyrik ini menuju Rasulullah shalallahu alaihi wasallam..’ Ketika di perjalanan dia meninggal dunia sebelum sampai kepada Nabi shalallahu alaihi wasallam.. Lalu turunlah firman Allah,’Barangsiapa keluar dari rumahya dengan maksud berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya,…”

Sedangkan, Ibnu Sa’ad meriwayatkan dari Yazid bin Abdillah bin Qisth bahwa Jundab bin Dhamrah ketika di Mekah jatuh sakit. Lalu dia berkata kepada anak-anaknya, “Bawa aku keluar dari Mekah. Sungguh kesulitan di dalamnya telah membunuhku.” Anak-anaknya bertanya, “Kemana kami membawamu?” Dia pun menunjuk ke arah Madinah dan ingin hijrah. Lalu mereka membawanya ke arah Madinah. Ketika sampai di aliran air Bani Ghaffar dia meninggal di dunia. Lalu Allah menurunkan firman-Nya, ‘…Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya…”

Itulah sebab turunnya ayat ini, dari sebuah kisah Dhamrah bin Jundab tentang hijrahnya beliau ke Madinah. Lalu terdapat kisah yang lain sebab turunnya ayat ini.

Dalam tafsir Ibnu katsir dijelaskan Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri, Sa’id bin Malik bin Sinan c, bahwa Nabi Muhammad shalallallahu alaihi wasallam bersabda :

Dahulu, di zaman orang-orang sebelum kalian, ada seorang laki-laki yang telah membunuh 99 jiwa. Dia pun bertanya tentang orang yang paling alim di muka bumi ketika itu, lalu ditunjukkan kepadanya tentang seorang rahib (pendeta, ahli ibadah). Maka dia pun mendatangi rahib tersebut lalu mengatakan bahwa sesungguhnya dia telah membunuh 99 jiwa, apakah ada taubat baginya?

Ahli ibadah itu berkata: “Tidak”. Seketika laki-laki itu membunuhnya. Maka dia pun menggenapi dengan itu (membunuh rahib) menjadi 100 jiwa. Kemudian dia menanyakan apakah ada orang yang paling alim di muka bumi ketika itu? Lalu ditunjukkanlah kepadanya tentang seorang yang berilmu. Maka dia pun mengatakan bahwa sesungguhnya dia telah membunuh 100 jiwa, apakah ada taubat baginya? Orang alim itu berkata: “Ya. Siapa yang menghalangi dia dari taubatnya? Pergilah ke daerah ini dan ini. Karena sesungguhnya di sana ada orang-orang yang senantiasa beribadah kepada Allah, maka beribadahlah kamu kepada Allah bersama mereka. Dan jangan kamu kembali ke negerimu, karena negerimu itu adalah negeri yang buruk/jarak.”

Maka dia pun berangkat. Akhirnya, ketika tiba di tengah perjalanan datanglah kematian menjemputnya, (lalu dia pun mati). Berselisihlah malaikat rakhmat dan azab tentang dia. Malaikat rakhmat mengatakan : “Dia sudah datang dalam keadaan bertaubat, menghadap kepada Allah dengan sepenuh hatinya.” Sedangkan malaikat azab berkata: “Sesungguhnya dia belum pernah mengerjakan satu amalan kebaikan sama sekali.”

Datanglah seorang malaikat dalam wujud seorang manusia, lalu mereka jadikan dia sebagai hakim di antara mereka berdua. Malaikat itu berkata, “Ukurlah jarak antara (dia dengan) kedua negeri tersebut. Maka ke arah negeri mana yang lebih dekat, maka dialah yang berhak membawanya.”

Kedua malaikat tersebut mengukur jarak jenazah, ternyata orang tersebut lebih dekat kepada negeri yang diinginkannya. Maka malaikat rahmat pun segera membawanya.

Dari kisah tersebut menunjukkan bahwa betapa besarnya karunia Allah, Allah Maha Pengampun dan Penyayang. Laki-laki yang membunuh 100 orang itu belum beramal shalih. Dia hanya memiliki tekas untuk memperbaiki diri, bertaubat dari semua kesalahan. Tekadnya pergi meninggalkan masa lalu yang kelam membuat dirinya diampuni Allah subhanahu wa ta’ala.

Dari kisah-kisah itu, Allah menjelaskan bahwa dengan berhijrah kita akan menemukan jalan yang luas serta rezeki yang terus mengalir. Tidak ada di bumi ini yang pernah berkeliling dunia melainkan hanyalah Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam. Beliau sudah mengelilingi dunia bahkan langit menggunakan buraq.

Bahkan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam mengatakan kepada para sahabatnya untuk berhijrah. Maka para sahabatnya mulai berhijrah dari Habasyah, Tha’id, Madinah, Damaskus, Irak hingga akhirnya Islam tersebar luas. Itulah hikmah dari Hijrah.

Hijrah yang dilakukan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dan para sahabat termasuk hijrah fisik. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersama para sahabatnya meninggalkan Mekkah karena banyak penyiksaan dan penganiayaan sehingga tidak kondusif untuk menjalankan syariat Islam. Hijrah bukan hanya hijrah fisik saja, akan tetapi ada pula hijrah batin. Dimana saat kondisi hati yang kotor beralih menjadi hati yang bersih. Sifat yang sering muncul dalam diri manusia yaitu sifat takabur, sifat syetan, dan sifat hewan. Ketiga sifat tersebut pantas untuk ditinggalkan agar hati menjadi lebih besar