
A. Hari Raya Idul Adha dan Amalannya
Idul Adha adalah hari raya haji atau qurban, karena pada hari itu Allah memberi kesempatan kepada kita untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Bagi umat Muslim yang belum mampu menunaikan ibadah haji, maka ia diberi kesempatan untuk berqurban, yaitu dengan menyembelih hewan qurban sebagai symbol ketakwaan dan kecintaan kita kepada Allah SWT.
Idul Adha dilaksanakan setiap pada tanggal 10 Dzulhijjah. Bulan Dzulhijjah merupakan salah satu bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT, karena dengan adanya Hari Raya Idul Adha atau juga dikenal sebagai Hari Raya Haji, yaitu hari raya besar umat Muslim. Hubungan antara bulan Dzulhijjah dan Idul Adha sangat erat karena marupakan puncak ritual ibadah haji, yang merupakan salah satu rukun islam dan merupakan kewajiban bagi umat Muslim yang melakukannya. Berikut 7 amalan di bulan Dzulhijjah, yaitu:
1. Memperbanyak Amalan Soleh

Memperbanyak amalan soleh yang dilakukan Rosulullah Saw. memberikan tuntunan pada umat Muslim agar meningkatkan amal soleh dan memperbanyak bacaan tahlil, tahmid, dan takbir di awal bulan Dzulhijjah. Berdasarkan pada Hadits Rosulullah Saw.
عن أبي هريرة عن النّبي صلّى الله عليه وسلّم قال ما من أيّام وأحبّ إلى الله أن يتعبّد له فيها من عشر ذى الحجة يعدل صيام كلّ يوم منها بصوم سنة وقيام كلّ ليلة منها بقيام ليلة القدر [رواه الترمذى وابن ما جه والبيهقى]
Artinya: “Dari Abu Hurairah dari Nabi Saw. diriwayatkan bahwa beliau bersabda: Tiada hari-hari yang lebih disukai Allah untuk beribadat kepada-Nya daripada sepuluh hari (permulaan) bulan Dzulhijjah, berpuasa setiap hari sebanding dengan puasa satu tahun dan shalat pada malam harinya sama dengan shalat pada malam harinya sama dengan shalat pada Lailatul-Qadar” [H.R. at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan al-Baihaqi]
2. Melaksanakan Puasa Arafah

Melaksanakan Puasa Arafah yang dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah, ketika kaum muslimin yang sedang menunaikan ibadah haji wukuf di Padang Arafah. Namun, bagi kaum muslimin yang sedang wukuf di Arafah dilarang berpuasa. Melaksanakan puasa Arafah dapat menghapus dosa selama dua tahun yang lalu dan yang akan datang. Hal ini berdasarkan pada hadist berikut.
عن قتادة أنّ رسول الله عليه وسلّم قال ما صوم يوم عرفة يكفّر سنتين ما ضية ومستقبلة وصوم يوم عاشور يكفّر سنة ما ضية [رواه الجما عة الاّ البخارى و الترمذي]
Artinya: Dari Qatadah diriwayatkan bahwa sesungguhnya Rosululloh Saw. Bersabda: Puasa pada hari Arafah dapat menghapus dosa selama dua tahun yang lalu dan yang akan datang, sedang puasa Asyura dapat menghapus dosa tahun yang lalu [H.R. Jamaah ahli hadist kecuali al-Bukhari dan at-Turmudzi].
عن أبي هريرة قال نهى رسول الله صلى الله عليه وسلَم في صوم يوم عرفة بعرفات [رواه أحمد و أبو دا ود]
Artinya: Dari Abu Hurairah diriwayatkan bahwa ia berkata: Rosulullah Saw. melarang puasa pada hari Arafah bagi orang yang sedang wukuf di Arafah [H.R. Ahmad dan Abu Dawud].
3. Takbir Idul Adha

Takbir Idul Adha adalah ekspresi kesadaran terhadap keagungan asma Allah dan kenisbian manusia di hadapan-Nya serta sebagai tanda syukur atas petunjuk yang diberikan-Nya. Takbir juga merupakan syiar agama Islam yang dapat dilakukan oleh mereka yang mukim maupun mereka yang musafir. Ucapan takbir itu adalah
الله أكبر الله أكبر الله أكبر لآ إله إلاّ الله والله أكبر الله أكبر و لله الحمد
Artinya: Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Tiada Tuhan selain Allah dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar dan segala puji bagi Allah.
4. Berhias Diri

Berhias diri dengan memakai pakaian bagus dan wangi-wangian orang yang menghadiri shalat Idul Adha baik laki-laki maupun perempuan dituntunkan agar berpenampilan rapi, yaitu dengan berhias, memakai pakaian bagus (tidak harus mahal, yang penting rapi dan bersih), dan wangi-wangian yang sewajarnya.
5. Tidak Makan Sejak Fajar

Tidak makan sejak fajar sampai dengan selesai shalat Idul Adha hikmah dianjurkan makan sebelum berangkat shalat Idul Fitri adalah agar tidak disangka bahwa hari tersebut masih hari berpuasa. Sedangkan untuk shalat idul Adha dianjurkan untuk tidak makan terlebih dahulu adalah agar daging qurban bisa segera disembelih dan dinikmati setelah sholat Ied.
6. Dianjurkan Berangkat dengan Berjalan Kaki

Dianjurkan berangkat dengan berjalan kaki dan pulang melalui jalan lain, sebagaiman dalam Hadits berikut.
عن محمّد بن عبيد الله بن أبي رافع عن أبيه عن جدّه أنّ النّبي صلّى الله عليه وسلّم كان يأتي العيد ما شيا ويرجع في غير الطّريق الّذي ابتدأ فيه [ روا ه ابن ما جه ]
Artinya: Diriwayatkan dari Muhammad bin Ubaidillah bin Abi Raf’I dari ayahnya dari kakeknya, bahwasanya Nabi Saw mendatangi sholat Ied dengan berjalan kaki dan beliau pulang melalui jalan lain dari yang dilaluinya ketika pergi. (H.R. Ibnu Majah).
7. Shalat dengan Dihadiri Semua Umat Islam

Idul Adha merupakan peristiwa penting dan hari besar Islam yang penuh berkah dan kegembiraan. Oleh karena itu, pelaksanaan shalat ini dihadiri oleh semua orang Muslim, baik tua, muda, dewasa, anak-anak, laki-laki dan Perempuan, bahkan perempuan yang sedang haid, juga diperintahkan oleh Nabi Saw supaya hadir. Hanya saja mereka tidak ikut shalat dan tidak masuk ke dalam shaf shalat, namun ikut mendengarkan pesan-pesan Idul Adha yang disampaikan oleh khatib.
B. Hari Tasyrik
Hari Tasyrik adalah suatu rangkaian hari penting dalam ibadah haji yang dirayakan tiga hari setelah hari raya Idul Adha yang jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah dalam kalender Islam. Dalam bahasa Arab, “Tasyrik” berasala dari kata “Syarq” yang berarti “mengisi” atau “memenuhi”. Oleh karena itu, hari Tasyrik disebut juga sebagai “hari-hari mengisi” karena pada hari tersebut para jamaah haji mengisi waktu mereka dengan melaksanakan ritual-ritual tertentu.
Tradisi hari Tasyrik bermula dari ajaran nabi Ibrahim dan putranya Ismail. Dalam Al-Qur’an, kisah pengorbanan nabi Ibrahim terhadap putranya Ismail diceritakan sebagai bentuk kepatuhan mereka kepada perintah Allah. Pada hari ke-9 Dzulhijjah, nabi Ibrahim diuji oleh Allah untuk mengorbankan putranya yang sangat dicintainya, Ismail. Namun, sebelum ia berhasil melakukan pengorbanan tersebut, Allah menggantinya dengan seekor domba. Hari tersebut dianggap sebagai hari raya Idul Adha, sementara tiga hari berikutnya disebut sebagai hari Tasyrik.

Makna dan pentingnya hari Tasyrik dalam ibadah haji, setelah selesai melempar jumrah yang merupakan salah satu rukun haji, jamaah melanjutkan untuk tinggal di Mina selama tiga hari. Tiga hari ini adalah waktu bagi mereka untuk merenungkan makna pengorbanan dan kesetiaan kepada Allah, serta memperbanyak dzikir, doa, dan ibadah lainnya.
Praktik-praktik yang dilakukan pada hari Tasyrik:
- Melempar jumrah: Pada hari-hari Tasyrik, jamaah haji melempar tiga tiang jumrah yang merupakan symbol dari pelemparan setan yang mencoba menggoda nabi Ibrahim untuk tidak menaati perintah Allah.
- Berdzikir dan berdoa: Jamaah haji memperbanyak dzikir dan doa, memohon ampunan dan rahmat Allah serta memperbanyak ibadah-ibadah lainnya.
- Berbagi dan berkurban: Sebagian besar umat Muslim juga memperingati hari Tasyrik dengan berkurban, mengorbankan hewan seperti domba, sapi, atau kambing untuk dibagikan kepada yang membutuhkan.
Hari Tasyrik adalah periode penting dalam ibadah haji yang memiliki makna mendalam dalam Sejarah Islam. Selain menjadi waktu untuk merenungkan pengorbanan nabi Ibrahim dan Ismail, hari Tasyrik juga merupakan kesempatan bagi umat Muslim untuk memperbanyak ibadah, dzikir, dan doa. Dengan memperingati hari Tasyrik, umat Muslim memperkokoh ikatan mereka dengan agam dan memperkuat rasa solidaritas dan kepedulian terhadap sesama.