Sahabat mq, ketaatan seorang hamba kepada ibu adalah cerminan ketaatan hambanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. begitu besar kemuliaan seorang anak yang dapat membahagiakan ibunya, namun tentu lebih besar lagi jika seorang anak dapat  membahagiakan ibunya serta menjalankan perintah Allah swt.

Sahabat mungkin pernah mendengar nama seorang shohabiyyah yang bernama khansa binti amru. Beliaulah Sebaik-baik kisah tentang keridhaan seorang ibu, sosok sahabiyah yang mempersembahkan keempat anaknya sebagai syuhada, hingga ia digelari sebagai “ibunda para syuhada”.

Khansa binti amru digambarkan sebagai sosok yang mulia

Khansa binti amru digambarkan sebagai sosok yang mulia, murah hati, tenang, pemberani, dan jujur. Sertab ia pun memiliki kelebihan lain, yakni bersyair. Syairnya indah seperti jiwanya, kata-katanya pun menghujam seperti tekadnya.

Khansa menikah dengan rawahah bin abdul aziz as sulami, dari pernikahan itu, ia mendapatkan empat orang anak laki-laki, khansa memiliki kasih sayang terhadap suami dan keempat anaknya yang tiada tara. Kasih sayang dan ilmu yang berlimpah ia berikan kepada anak-anaknya, sehingga keempat anaknya itu menjadi pahlawan islam tersohor, yang wafat sebagai syuhada pada perang qadisiyah.

kisah syahidnya keempat putra khansa binti amru terjadi saat perang qadisiyah

kisah syahidnya keempat putra khansa binti amru terjadi saat perang qadisiyah. Namaun  sebelum peperangan dimulai, terjadi perdebatan yang sengit di rumah al-khansa, karena  keempat putranya saling memperebutkan kesempatan untuk ikut berperang melawan tentara persia, mereka berdebat tentang siapa yang harus tinggal di rumah bersama ibunda mereka. Ke empat anak khansa tujuannya sangatlah mulia mereka ingin memenuhi panggilan Allah dengan berjihad di medan perang, namun merekapun tidak memalingkan atas kewajiabnnya akan berbakti dan berkhidmat kepada ibunya, sehingga mereka berdebat tentang pembagian tugas siapa yang ikut berperang dan siapa yang harus diam di rumah menjaga ibundanya.

Hingga pada akhirnya pertengkaran itu terdengar oleh al-khansa, mendengar perdebatan anak-anaknya perihal keikut sertaannya dalam berjihad di medan perang, khansa segera  mengumpulkan semua anak-anaknya, dan berkata “ bahwa memeluk agama islam bukan merupakan sebuah paksaan, begitupun dengan berhijrah, yang harus dilakukan atas kehendak sendiri”. Kemudian lanjutnya  tidak pantas baginya untuk mengkhianati ayahanda dari keempat anaknya, ataupun membuat malu paman mereka, atau mencoreng tanda di kening keluarganya.

Dengan begitu, al khansa memberikan pesan pada keempat anaknya untuk berjihad di jalan allah, dan membantu Rasulullah shallalhu alaihi wa sallam, dengan berujar,  “jika kalian melihat perang di jalan-nya, sing-sing-kanlah lengan baju kalian dan berangkatlah, majulah hingga barisan depan, niscaya engkau akan mendapatkan pahala di akhirat tepatnya di negeri keabadian.

Setelah khansa memberikan ridha bagi keempat anaknya untuk berjihad,  tanpa berlama-lama bergegaslah anak-anaknya ke medan jihad. Dengan ridho dari ibunya ke empat anak khansa  saling berjuang melawan musuh-musuh Allah, dan berhasil membunuh banyak pasukan persia, hingga pada akhirnya syahid datang dan menjemput ke empat anak khansa.

Mendapati kabar kematian keempat putranya di hari yang sama, al khansa dengan kemuliannya dan kepasrahan yang tinggi kepada Allah bahwa anak-anaknya hanyalah titipan dari Allah swt, menerimanya dengan penuh keridaan, tidak seperti kebanyakan ibu yang lainnya. Dalam hati khansa mungkin sangatlah bersedih karena telah ditinggalkan keempat anaknya sekaligus, yang mana khansa sangat menyayangi anaknya, namun rasa sedih itu tidak sebanding dengan rasa keimanannya kepada Tuhannya.

Keteguhan iman al khansa terpancar dari keikhklasan kematian ke 4 anaknya

Keteguhan iman al khansa terpancar begitu indah dari bagaimana ia menyambut kabar itu, sambil berkata “alhamdulillah”,  yang telah memuliakanku dengan syahidnya putra-putraku. semoga Allah, segera menjemputku dan mempertemukan aku dengan mereka dalam naungan rahmat-Nya di firdaus-nya yang luas.

Keikhlasan dirinya sebagai seseorang yang mengandung anak-anaknya selama sembilan bulan tidak terbandingi nilainya. hingga doanya untuk dipertemukan dengan keempat putranya yang syuhada. Sampai pada kemudian  ia wafat pada masa permulaan khalifah ustman bin affan radiallahu anhu, tepatnya pada 24 hijriyah.

Sahabat mq, keridaan al khansa dalam melepaskan putra-putranya sungguh merupakan suatu keutamaan yang harus diteladani setiap ibu dari keluarga muslim. Meskipun kita semua tahu betapa besarnya cinta orang tua kepada buah hatinya, yang bahkan rela mengorbankan apa saja demi anak-anaknya.

Sejujurnya,  melepas kepergian orang yang kita cintai memang tidak semudah membalikkan telapak tangan, namun kisah keikhlasan wanita mulia al khansa binti amru, telah memberikan keteladanan, semoga allah subhanahu wa ta’alla senantiasa meneguhkan hati kita dengan keimanan yang kuat, untuk dapat rida dengan apapun yang telah ditakdirkan-Nya.