Berprestasi pada kancah internasional pada usia muda merupakan impian banyak orang, selain untuk kebanggan tersendiri tentunya membanggakan orang tua dan orang disekitar karena telah mengharumkan nama bangsa di mata dunia.

Seperti kisah pemuda dari Nusa Tenggara Barat, Muhammad Zohri. Pemuda yang akrab dipanggil Zohri ini lahir di Lombok, Nusa Tenggara Barat pada 1 Juli tahun 2000.

Zohri merupakan salah satu atlet terbaik yang dimilik oleh Indonesia berkat segudang prestasinya. Akan tetapi, dibalik prestasi yang memukai diukirnya Zohri menyimpan hidup yang penuh perjuangan.

Masa kecil pemuda yang tangguh ini banyak dihabiskan di kampung halaman. Zohri mengenyam pendidikan pertamanya di SD 2 Pemenang Barat. Saat duduk di bangku Sekolah Dasar Zohri pernah mengalami hal yang sangat sulit karena Zohri harus ditinggalkan wafat sang ibu. Zohri pun hanya tinggal dengan sang ayah yang tidak pernah berhenti mendukung dalam menjalankan roda kehidupan.

Usai lulus dari Sekolah Dasar Zohri melankutkan ke jenjang selanjutnya di SMP Negeri 01 Pemenang. Disini bakat berlari pemuda asal NTB itu mulai menonjol, diawali saat Zohri mulai terlibat dalam beberapa kejuaraan cabang olahraga lari. Guru olahraga di sekolah mengatakan bahwa sosok Zohri selalu semangat dan berkat ketekunan dan kerja kerasnya gelar juara kompetisi selalu diraihnya satu per satu.

Sahabat MQ dapat menyimak rekam siarnya dibawah ini.

Ujian Hidup Zohri menjadi Yatim Piatu

Menginjak usia 17 tahun Zohri pun kembali ditimpa ujian yang begitu berat. Sang ayah yang selama ini selalu mendukung Zohri mengejar impiannya wafat. Hal ini pun menjadikan seorang Zohri anak yatim piatu. Usai ditinggal kedua orang tuanya Zohri tinggal di rumah peninggalan orang tuanya. Pada awalnya Zohri sempat terpuruk, bahkan hingga kehilangan semangat untuk terjun ke dunia atlit karena berbagai kecemasan termasuk biaya mengingat kondisinya saat itu tanpa kehadiran orang tua. Akan tetapi, semangat Zohri kembali hadir. Baginya hidup harus terus berjalan dan tidak boleh berhenti.

Ia teringat pada nasihat salah satu guru SMPnya yaitu untuk terus berlatih berlari mengingat berlari merupakan satu-satu nya hal menjadi potensi besar yang ada dalam dirinya. Ketekunan Zohri berawal dari keinginannya untuk mendapatkan hidup yang  lebih baik. Mengingat dalam kesehariannya Zohri hidup dengan sangat sederhana. Hal ini terlihat dari rumah yang ditinggalinya yang hanya beralaskan tanah dan dinding yang terbuat dari gubuk dan kayu lapuk. Tidak hanya itu saja, atap yang berupa genteng dengan rangka lapuk membuatnya harus berjaga-jaga saat musim hujan tiba. Hal yang sama terlihat pula ketika memasuki bagian dalam rumahnya karena memang tidak banyak perabotan didalamnya hanya dipan berlas tikar plastik serta lemari tanpa pintu.

Masa lalu yang penuh dengan cobaan tidak menyurutkan niatnya untuk berjuang mencari cara untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Berkat usaha dan kerja kerasnya prestasi Zohri semakin meningkat. Selama keikutsertaanya dalam olimpiade Zohri sering menduduki posisi jawara. Salah satunya yaitu dalam ajang kejuaraan nasional U-18 dan U-20 di stadion Atletik Rawamangun. Sejak saat itu namanya mulai dikenal.

Zohri berhasil menyelesaikan lari 100 meter dalam hitungan waktu 11,18 detik. Seiring berjalanya waktu kecepatan Zohri pun semakin melesat, ia berhasil mencetak waktu 10, 28 detik saat mengikuti pekan olahraga nasional di Jawa Tengah pada tahun 2017 lalu. Karena memiliki potensi besar, Zohri kemudian diajak bergabung kedalam grup persatuan atletik seluruh Indonesia untuk memperkuat Timnas Indonesia dalam perlombaan memenangkan kejuaraan dunia remaja di Kenya. Kemudian, Zohri pun berhasil menyelesaikan lari 200 meter dalam waktu 21,96 detik dan berhasil membawa pulang medali emas untuk Indonesia.

Di akhir tahun 2017 Zohri bergabung dalam Pelatnas dan berhasil meraih medali perunggu saat tampil dalam tes untuk perlombaan ASIAN Games 2018. Pada tahun 2018 Zohri meraih medali emas pada kejuaraan lari 100 meter IAAF U-20 Championships 2018 di Tampere  Finlandia saat usianya menginjak 20 tahun. Bahkan medali ini baru pertama kali diperoleh oleh seorang pelari dari Indonesia dan Zohri berhasil mencatatkan waktu tercepat selama 10,18 detik. Melalui pencapaiannya itu Zohri mendapatkan penobatan sebagai juara dunia spinter 100 meter.

Sosok Zohri mencetak rekor dengan meraih medali emas pertama bagi Indonesia dalam kejuaraan dunia atletik U-20 pelari 100 meter putra. Perhatian pemerintah juga tidak luput diterima dalam pencapaian Zohri di kejuaraan tingkat dunia tersebut. Pemerintah memberikan perhatian terhadap pendidikan serta kondisi rumah yang ditempati oleh Zohri dan kini kehidupan Zohri semakin membaik.

Gelar juara yang disandang Zohri tentunya tak lepas dari dukungan orang-orang yang selalu mendoakannya. Terlebih lagi pemuda asal Nusa Tenggara Barat ini memang merupakan pribadi yang giat serta pantang menyerah dalam menjalankan kehidupannya untuk meraih kesuksesan.