Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk mengungkapkan kembali informasi yang telah kita terima atau yang sudah kita pelajari. Secara sederhana, Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Dengan demikian, lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal seseorang (Muhibbin Syah, 2008: 158).

Ingat dan lupa merupakan dua sifat yang saling kontradiktif, akan tetapi dimiliki oleh setiap manusia. Di sisi lain, sifat lupa menjadi anugerah bagi manusia. Ketika manusia memikirkan satu objek, maka di saat itu pula objek-objek lain dilupakan. Jika saja dalam satu waktu seluruh objek yang pernah dilihat tetap diingat dalam waktu yang bersamaan, maka tentulah manusia akan mengalami kesulitan dalam berpikir dan bertindak.

Namun di sisi lain, lupa justru menjadi sifat negatif yang dapat mendatangkan berbagai persoalan dan termasuk menjadi salah satu gangguan mental. Bahkan dalam al-Qur’an disebutkan bahwa orang-orang yang lupa dalam mengingat Allah dapat mengantarkannya kepada sifat munafik lagi fasik (Qs. At-Taubah/9: 67)

الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ ۚ نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ ۗ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

Terjemah:”Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma’ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik.

serta dapat mengakibatkan kebinasaan (Qs. Al-Furqan/25: 18).

قَالُوا سُبْحَانَكَ مَا كَانَ يَنْبَغِي لَنَا أَنْ نَتَّخِذَ مِنْ دُونِكَ مِنْ أَوْلِيَاءَ وَلَٰكِنْ مَتَّعْتَهُمْ وَآبَاءَهُمْ حَتَّىٰ نَسُوا الذِّكْرَ وَكَانُوا قَوْمًا بُورًا

Terjemah:”Mereka (yang disembah itu) menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagi kami mengambil selain engkau (untuk jadi) pelindung, akan tetapi Engkau telah memberi mereka dan bapak-bapak mereka kenikmatan hidup, sampai mereka lupa mengingati (Engkau); dan mereka adalah kaum yang binasa

Demikian pula dalam perspektif pendidikan, sifat lupa justru menjadi salah satu gangguan dalam belajar. Sifat lupa dapat menghalangi seseorang dalam memahami dan menguasai suatu ilmu. Oleh karena itu, belajar yang ideal sesungguhnya berupaya untuk mengatasi sifat lupa tersebut secara profesional dan proporsional sehingga ia menjadi seorang yang ‘alim (orang yang berilmu) dan mengantarkannya untuk dekat kepada al-‘Alim
(Yang Maha Mengetahui).

Al-Qur’an menyinggung beberapa kali tentang lupa. Muhammad Utsman Najati (Muhammad Utsman Najati, 2005: 338-341) merumuskan tiga makna lupa, yaitu: pertama, lupa yang terjadi pada benak mengenai berbagai peristiwa, nama seseorang, dan informasi yang diperoleh seseorang sebelumnya, seperti firman-Nya dalam surat Al-A’la/87: 6.

سَنُقْرِئُكَ فَلَا تَنْسَىٰ

Terjemah:”Kami akan membacakan (Al Quran) kepadamu (Muhammad) maka kamu tidak akan lupa,

Kedua, lupa yang mengandung makna lalai. Makna kedua ini bisa dicontohkan dengan seseorang meninggalkan sesuatu di suatu tempat. Atau ia hendak berbincang-bincang dengan seseorang tentang berbagai hal, namun ia hanya ingat sebagiannya dan lupa sebagian lainnya, dan baru ingat kemudiannya. Sebagai contoh, ialah kisah tentang murid Musa as (Qs. Al-Kahfi/18: 63).

قَالَ أَرَأَيْتَ إِذْ أَوَيْنَا إِلَى الصَّخْرَةِ فَإِنِّي نَسِيتُ الْحُوتَ وَمَا أَنْسَانِيهُ إِلَّا الشَّيْطَانُ أَنْ أَذْكُرَهُ ۚ وَاتَّخَذَ سَبِيلَهُ فِي الْبَحْرِ عَجَبًا

Terjemah:”Muridnya menjawab: “Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali.

Ketiga, lupa dengan pengertian hilangnya perhatian terhadap sesuatu hal, seperti tersirat dalam surat At-Taubah/9: 67.

Sahabat MQ, banyak cara yang  bisa dilakukan untuk mencegah lupa, termasuk dengan mencatat atau menulis setiap kejadian yang kita alami, atau memberi label hal apa yang harus kita ingat. Menulis atau mencatat bisa dilakukan di mana saja disesuaikan dengan apa yang pantas dan apa yang kita miliki. Termasuk dengan menulis atau mencatat pada dua hal berikut ini :

Schedule Board

Kegiatan yang banyak memang menyenangkan, tapi bisa jadi buat kamu pusing karena jadwalnya yang berantakan dan akhirnya membuat kamu lupa hendak melakukan apa. Dengan menulis kegiatan apa saja yang harus dilakukan pada schedule board dapat membantu kita mengingat dan menata jadwal. Walaupun terlihat sepele, sebenernya ini bisa sangat membantu bagi kita yang sibuk dengan kegiatan apalagi banyak tugas yang menumpuk sehingga bisa membuat kita lupa dengan hal lain yang harus dikerjakan. Selain itu, juga melatih kita untuk mencapai target. Karena saat kita menulis jadwal di tabel, kita juga pasti akan menulis kapan deadline pekerjaan yang harus di selesaikan.

Sticky Notes

Kamu pernah dengar sticky note? atau Kamu secara tidak sadar suka memainkan sticky note? Itu loh barang berupa kumpulan lembaran kertas berbentuk persegi berukuran 3 inci yang memiliki sebaris perekat di salah satu sisi yang biasanya di belakang dan bisa dilekatkan dan dilepas secara berulang kali. Barang kecil yang memiliki banyak manfaat ini berfungsi sebagai pengingat pekerjaan yang akan dijalankan. Sticky note juga berguna sebagai memo atau peninggal pesan jika ada seseorang yang tidak berada ditempat.

Saat membaca buku atau majalah sticky notes dapat digunakan sebagai pembatas buku sekaligus untuk memberikan catatatn kecil dalam buku tersebut tanpa harus mencoret-coretnya. Daripada lupa, kamu bisa menandai halaman akhir bacaanmu juga dengan sticky notes, sehingga kamu tidak perlu waktu banyak untuk mengingat sampai mana batas kamu membaca dan bahkan kamu harus mengulang bacaanmu sehingga membuatmu malas.

Kamu juga dapat menuliskan setiap rencanamu pada sticky notes dan menempelkannya pada agenda keseharianmu. Hal ini menjadi praktis karena kamu dapat memindahkannya sesuka hati. Kamu juga dapat menempelkan to-do list fleksibel ini pada sebuah papan yang mudah dilihat. Bedakan juga tingkat kepentingan acara dengan warna sticky notes yang berbeda.