Sosok ayah

Sahabat MQ Nabi Muhammad SAW kehilangan sosok ayahnya sejak dalam kandungan Ibunya. Meski demikian, meskipun beliau tidak merasakan langsung kehadiran ayahnya, Nabi Muhammad tetap mencintai dan menghormati Ayahnya. Ini menjadi gambaran bagi kita bahwa peran ayah, meskipun tidak selalu terlihat secara fisik, tetap ada dalam hati anak-anaknya. Kehilangan sosok ayah, baik karena kematian atau alasan lainnya, bukanlah hal yang menghilangkan peran penting yang dapat diberikan oleh seorang Ayah.

Nabi Ismail AS, yang sejak lahir hingga usia 14 tahun tetap memiliki sosok ayah dalam kehidupan sehari-harinya. Namun, kita dapat melihat bahwa setiap nabi memiliki ujian hidup yang berbeda-beda, dan Allah selalu memberikan petunjuk-Nya melalui Al-Qur’an untuk menghadapinya dengan sabar dan tawakal.

Allah memberikan petunjuk bahwa setiap peran yang ada dalam kehidupan keluarga, baik Ayah maupun Ibu, adalah bagian dari kehendak-Nya. Dalam banyak kisah dalam Al-Qur’an, Allah menunjukkan bahwa meskipun tidak ada figur ayah dalam kehidupan anak-anak tertentu, mereka tetap diberikan kekuatan dan kesempatan untuk menjadi sosok yang luar biasa. Bahkan dalam keluarga yang penuh tantangan.

Meskipun Ayah atau Ibu tidak selalu hadir secara fisik, peran mereka dalam membentuk karakter anak sangat penting. Seorang Ayah tidak hanya diharapkan untuk hadir secara fisik, tetapi juga memberikan pemahaman dan bimbingan yang positif untuk anak-anaknya. Peran ayah dan ibu dalam mendidik anak harus dilakukan dengan penuh kasih sayang, kebijaksanaan, dan keimanan kepada Allah.

Seperti yang diajarkan dalam Al-Qur’an, kita harus berusaha menjadi orang tua yang memberikan teladan yang baik bagi anak-anak kita. Dalam Surah At-Tur (21), 

وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِاِيْمَانٍ اَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَآ اَلَتْنٰهُمْ مِّنْ عَمَلِهِمْ مِّنْ شَيْءٍۚ كُلُّ امْرِئٍ ۢ بِمَا

كَسَبَ رَهِيْنٌ

walladzîna âmanû wattaba‘at-hum dzurriyyatuhum bi’îmânin alḫaqnâ bihim dzurriyyatahum wa mâ alatnâhum min ‘amalihim min syaî’, kullumri’im bimâ kasaba rahîn

Orang-orang yang beriman dan anak cucunya mengikuti mereka dalam keimanan, Kami akan mengumpulkan anak cucunya itu dengan mereka (di dalam surga). Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya. (QS. At-Tur: 21)

Allah menyatakan bahwa orang yang beriman dan anak cucunya mengikuti mereka dalam keimanan, akan dikumpulkan bersama mereka di surga. Ini adalah pengingat bahwa setiap amal baik orang tua, termasuk dalam mendidik anak, tidak akan terlewat begitu saja dan akan berbuah pahala yang besar di akhirat kelak.

Nabi Muhammad SAW juga mengingatkan kita untuk tidak menyakiti perasaan anak-anak dan untuk menjaga keharmonisan keluarga. Beliau bersabda: “Celakalah, celakalah, celakalah, bagi orang yang memiliki orang tua yang sudah tua namun tidak dapat mengantarkan mereka ke dalam surga.” Ini menunjukkan betapa pentingnya peran orang tua dalam membimbing anak-anak mereka dengan penuh kasih dan perhatian.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّ مِنْ اَزْوَاجِكُمْ وَاَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَاحْذَرُوْهُمْۚ وَاِنْ تَعْفُوْا وَتَصْفَحُوْا وَتَغْفِرُوْا فَاِنَّ

اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

yâ ayyuhalladzîna âmanû inna min azwâjikum wa aulâdikum ‘aduwwal lakum faḫdzarûhum, wa in ta‘fû wa tashfaḫû wa taghfirû fa innallâha ghafûrur raḫîm

Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka, berhati-hatilah kamu terhadap mereka. Jika kamu memaafkan, menyantuni, dan mengampuni (mereka), sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. At-Taghabun:14) 

Narasumber: Ustadz Darlis Fajar
Program: Inspirasi Keluarga – Sekolah Ayah